Aktivitas Gunung Merapi mengalami peningkatan secara signifikan, baik dari catatan kegempaan, deformasi maupun visual. Bahkan, pada pukul 17.02 WIB dan pukul 17.23 WIB, gunung tersebut mulai menyemburkan awan panas atau kerap disebut wedus gembel. Pemerintah Daerah (Pemda) di sekitar lereng Gunung Merapi diminta segera mengungsikan warganya.
Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi kepada politikindonesia.com, Selasa (26/10) mengatakan, jika pada Jumat (22/10) terjadi 52 gempa fase, maka Sabtu (23/10) dan Minggu (24/10) meningkat menjadi 80 gempa fase.
“Pada pukul 17.02 WIB dan pukul 17.23 WIB, gunung tersebut menyemburkan awan panas,” katanya.
Laju inflasi di bagian puncak gunung juga mengalami peningkatan secara signifikan. Berdasarkan pengukuran deformasi dilakukan dengan Electric Distance Measurement (EDM) dengan reflektor dipasang di sekitar puncak Gunung Merapi, menunjukan peningkatan tersebut.
Jika pada akhir September 2010, laju inflasi inflasi bagian puncak Gunung Merapi rata-rata 6 mm/hari. Maka pada Jumat (22/10) meningkat menjadi 19,5 cm/hari. Setelah itu, mengalami peningkatan yang sangat tajam yakni 42 cm/hari pada Minggu (24/10).
Surono menambahkan, guguran kubah lava juga mengalami peningkatan. “Dominan mengarah ke Selatan atau ke arah Kali Gendol dan ke Barat Daya atau ke arah Kali Krasak,”ujarnya.
Bahkan katanya, beberapa kejadian guguran dapat terdengar di Pos Pengamatan Kaliurang dan di Pos Pengamatan Babadan.
Menurut Surono, berdasarkan hasil pemantauan kegempaan, deformasi dan visual, menunjukan adanya peningkatan kegiatan/aktivitas secara signifikan. Karena itulah pihaknya kemudian menaikkan status Gunung Merapi dari Siaga ke Awas. Penetapan yang dilakukan pada Senin (25/10) itu masih berlangsung hingga kini.
Seiring dengan itu, penetapan status Gunung Merapi yang merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2980 meter dari permukaan laut, juga mengalami peningkatan. Dari Normal menjadi Waspada kemudian meningkat menjadi Siaga dan Awas.
Dengan peningkatan aktivitas Gunung Merapi, pihaknya meminta agar pemerintah daerah terkait mengungsikan penduduk di daerah rawan bencana. Khususnya yang bermukim di sekitar alur sungai, yang berhulu di G. Merapi. Juga sektor Selatan-Tenggara, yang berjarak 10 kilometer dari puncak Merapi. Meliputi, Kali Boyong, Kuning, Gendol dan Kali Woro.
Pemerintah Kabupaten Sleman juga diminta segera mengungsikan penduduk di beberapa desa. Yakni Desa Purwobinangun yang meliputi Dusun Turgo, Kemiri dan Ngepring. Desa Hargobinangun yang meliputi Dusun Kaliurang Barat, Boyong, Kaliurang Timur, dan Ngipiksari. Desa Umbulharjo yang meliputi Dusun Kinahrejo, Pangukrejo, dan Gondang, Desa Kepuharjo yang meliputi Dusun Kaliadem, Petung, Jambu, dan Kopeng, serta Desa Glagaharjo yang meliputi Dusun Kali Tengah Lor, Kali Tengah Kidul, Srunen, dan Singlar,
Pihaknya juga meminta agar Pemkab Klaten segera mengungsikan penduduk yang bermukim di Desa Balerante, dan Tegal Mulyo, meliputi semua dusun.
Sedang penduduk di Kabupaten Magelang yang harus segera diungsikan meliputi penduduk Desa Kemiren yang meliputi Dusun Jamburejo dan Kemiren. Desa Kaliurang yang meliputi Dusun Sumberejo, Kaliurang Utara, Kaliurang Selatan dan Dusun Capengan.
Pihaknya juga meminta semua warga di sekitar alur sungai meliputi Kali Boyong, Kuning, Gendol, Woro, Bebeng, Krasak, dan Kali Bedog, menghentikan semua aktivitas.
Sedang untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awan panas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan pemda setempat.
© Copyright 2024, All Rights Reserved