Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) pada April 2016 mengalami deflasi 0,45 persen. Sementara inflasi secara tahun ke tahun (year on year), berada di angka 3,6 persen. Deflasi bulan April ini adalah yang terbesar sejak tahun 2000.
Demikian disampaikan Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (02/05). “Dibandingkan beberapa tahun lalu, sejak 2000, April 2016 paling tinggi deflasinya. Ini hanya kalah dari tahun 1999, yang waktu itu deflasinya 0,68 persen,” terang dia.
Kepala BPS itu menyebut, perkembangan harga komoditas pangan yang mulai membaik menjadi salah satu penyebab terjadinya deflasi. Ada 3 kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga di bulan April. Pertama, kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar 0,94 persen.
“Cukup banyak komoditas turun di bulan April, antara lain padi-padian termasuk beras, daging, ikan segar dan ikan olahan, telur, dan bumbu-bumbuan,” ujar dia.
Kedua adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mengalami deflasi sebesar 0,13 persen. Deflasi pada kelompok pengeluaran ini didorong penurunan tarif dasar listrk (TDL).
Ketiga adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi cukup besar sampai 1,6 persen.
Suryamin menjelaskan, penurunan kelompok pengeluaran ini diakibatkan penurunan tarif angkutan dalam kota maupun antar-kota didorong penurunan harga BBM.
Adapun 3 kelompok pengeluaran mengalami inflasi pada bulan April adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Kelompok ini masih mengalami kenaikan harga sebesar 0,35 persen. Sementara itu kelompok sandang mengalami kenaikan 0,02 persen. Dan kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,01 persen.
Dengan data ini, inflasi tahun kalender (Januari-April) mencapai 0,16 persen. “Sementara inflasi tahun ke tahun sebesar 3,6 persen,” tandas Suryamin.
© Copyright 2024, All Rights Reserved