Partai besar yang mencalonkan kerabat keluarganya sebagai calon presiden pada pemilihan presiden (pilpres) 2014 dinilai sebagai indikasi partai masih menunjukkan identitas feodal.
Seperti diketahui PDI Perjuangan mulai menggodok pencalonan Puan Maharani, anak perempuan Megawati sebagai capres atau cawapres di Pemilu 2014 nanti. Sedangkan, Partai Demokrat (PD) mulai melempar isu pencalonan Ani Yudhoyono sebagai capres.
Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, kondisi ini menunjukkan kegamangan partai politik. Sebab calon yang diajukan untuk diusung jadi capres akhirnya dipaksakan harus dari satu klan. “Ini Menunjukkan citra sebagai partai feodal,” tandas Yunarto, Sabtu (01/01)
Padahal, harap Yunarto, Pemilu 2014 nanti seharusnya menjadi momen bagi dua partai besar itu untuk lepas dari bayang-bayang tokoh mereka. PDI Perjuangan harus dapat lepas dari Soekarno dan Mega. Sedangkan Partai Demokrat harus lepas dari bayang-bayang ketua dewan pembinanya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Memang tidak mudah melepaskan citra dan ini adalah sebuah pertaruhan besar," ujar Yunarto.
Meski pun pencalonan dua tokoh yang digadang PDI P dan PD tersebut belum final, namun Yunarto memperkirakan kedua partai tersebut serius dengan pencalonan keduanya.
Satu contoh di Partai Demokrat, kader yang mengusulkan agar ibu Ani Yudhoyono menjadi capres, sebetulnyanya hanya disuarakan oleh Ruhut Sitompoel. Namun ada juga beberapa kader lain di PD yang punya usulan sama, satu di antaranya yakni Hayono Isman.
Menurut Yunarto, tahun 2011 merupakan tahun yang tepat untuk melakukan manuver dan tes-tes politik. Sebab waktunya tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh dari Pemilu 2014. Sehingga dari tes politik ini bisa diketahui respon publik tentang sebuah isu politik.
"Saya perkirakan semakin banyak yang saling melempar isu dan melakukan test case di 2011 ini," pungkas Yunarto.
© Copyright 2024, All Rights Reserved