Sebanyak 795 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 2.443 jiwa pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, akan dipulangkan ke desa masing-masing pada pekan depan. Ribuan pengungsi itu berasal dari Desa Sigarang-garang dan Sukanalu, Kecamatan Namanteran. Desa itu berada di luar areal zona merah (berbahaya) atau berjarak 5 km dari lokasi gunung Sinabung.
Selama ini mereka mengungsi di 7 titik penampungan di daerah Berastagi dan Kabanjahe. Ketujuh lokasi itu, yakni Berastagi, gedung Klasis GBKP Berastagi, gedung KWK Berastagi, GBKP Jalan Kutacane Kabanjahe, Kampus 2 dan Kampus 3 Universitas Karo Kabajahe dan Gedung Serbaguna Kabanjahe.
"Pengembalian pengungsi yang berada di lokasi penampungan itu sempat tertunda beberapa kali karena menyangkut masalah teknis," terang Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo, Subur Tambun, Minggu (01/02).
Para pengungsi itu, sudah hampir 1 tahun lebih berada di lokasi penampungan. Kini mereka kembali menempati rumah di desa yang selama ini ditinggalkan. Rumah tersebut saat ini tidak terurus, dan berdebu.
Dikatakan Subur, Pemkab Karo ikut memikirkan kehidupan pengungsi tersebut, termasuk biaya hidup mereka sebelum lahan perkebunan yang mereka kelola dapat membuahkan hasil. "Apalagi, selama ini lahan perkebunan milik pengungsi erupsi Sinabung itu, sudah lama ditinggalkan dan tidak dikelola," jelasnya.
Saat ini, status aktivitas Gunung Sinabung sudah diturunkan menjadi Siaga III dan tidak lagi membahayakan bagi warga yang tinggal di radius 5 km dari gunung tersebut.
"Keputusan pemulangan pengungsi itu merupakan hasil rapat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemkab Karo, dan Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) tanggap darurat Gunung Sinabung," tandas Subur.
© Copyright 2024, All Rights Reserved