Inggris dipastikan akan dipimpin oleh seorang perdana menteri perempuan setelah David Cameron mundur dari jabatannya Oktober mendatang. Hal ini dapat dipastikan setelah satu-satunya kandidat pria untuk menggantikan Cameron, Michael Gove, gugur dalam pemilihan awal partai berkuasa, Partai Konservatif.
Dalam pemilihan putaran kedua pada Kamis (07/07), 3 orang bertarung mendapatkan kursi calon perdana menteri, yaitu Gove, Theresa May, dan Andrea Leadsom. Perhitungan terakhir menunjukkan May berhasil meraih 199 suara, disusul Leadsom dengan angka 84, sementara Gove hanya mendapatkan 46 pemilih.
Dengan demikian, Inggris akan dipimpin oleh seorang perempuan untuk kedua kalinya setelah Margareth Thatcher menjadi PM pada periode 1979-1990.
Setelah pemungutan suara, May pun menyiratkan kepercayaan dirinya dapat memenangkan pertarungan melawan Leadsom dengan berkata, "Pemilihan ini menunjukkan bahwa Partai Konservatif dapat bersatu dan itu di bawah kepemimpinan saya. Itu akan terjadi."
May merupakan Mendagri yang paling lama menjabat di Inggris. Ia sendiri sebenarnya berada di kubu Remain atau yang mendukung agar Inggris tetap bergabung dengan UE dalam referendum akhir bulan lalu.
Beberapa pihak mempertanyakan kemampuan May sebagai pendukung Remain untuk memimpin Inggris setelah kampanye Brexit, atau Britain Exit, menang. Namun, May selalu menjawab dengan optimis dan mengatakan bahwa, "Inggris mencari pemimpin yang lebih dari perdana menteri Brexit."
Kepercayaan diri May ini dianggap sebagai pukulan besar bagi para pemimpin kampanye Brexit, seperti Boris Johnson, yang tiba-tiba menarik diri dari proses pencalonan PM Inggris, meski diduga kuat akan berhasil menggantikan Cameron.
Sementara itu, kejutan datang dari Leadsom yang muncul ke permukaan secara tiba-tiba dan langsung menjadi pesaing serius dalam pertarungan memperebutkan posisi penting ini. Advokat pendukung Brexit ini berjanji akan segera memproses Pasal 50, satu tindakan yang dibutuhkan untuk memulai proses pemisahan diri dari UE.
Pernyataan ini sempat membuat publik bertanya-tanya. Pasalnya, 3 tahun lalu Menteri Energi Inggris ini selalu memperingatkan bahaya jika negaranya hengkang dari UE. Namun kini, Leadsom mengatakan bahwa ia sudah melalui perjalanan panjang dan mengubah pikirannya.
Sementara Gove sebagai kandidat tersingkir yakin bahwa perempuan dapat memimpin Inggris dengan baik. "Siapa pun perdana menteri selanjutnya, akan menjadi perdana menteri perempuan. Perdana menteri perempuan yang memiliki kemampuan hebat. Dan saya tahu, siapa pun di antara kedua orang ini, mereka akan memimpin negara ini dengan baik," katanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved