Partai Golkar punya target besar dalam Pilkada serentak yang digelar pada 15 Februari 2017 mendatang. Partai berlambang beringin itu ingin calon mereka menang, setidaknya 60 persen dari 101 daerah yang mengikuti Pilkada.

Ketua Umum Golkar Setya Novanto, ketika membuka acara Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspinas) VI Kosgoro 1957, di Jakarta, Rabu (09/11) malam, mengatakan, dirinya terus melakukan konsolidasi kader di internal partai dan terus mendorong dukungan pada pilkada serentak 2017 agar memperoleh hasil maksimal.

Menurut Novanto, pasca terpilih menjadi ketua umum, ia segera melakukan pembenahan struktur organisasi di semua tingkatan menjadi satu kepengurusan sehingga menjadi lebih solid. "Saya melakukan lobi kepada Pak Aburizal Bakrie dan Pak Agung Laksono," katanya.

Novanto menambahkan, dalam 100 hari kerjanya sebagai ketua umum, dirinya sudah hadir untuk melakukan konsolidasi di seluruh provinsi di Indonesia.

Dia melihat pilkada serentak tahun 2017 merupakan pesta demokrasi menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2019, karena Partai Golkar harus menghadapinya dengan persiapan yang maksimal.

Novanto juga mengakui, Golkar tidak memiliki bakat sebagai oposisi, karena dalam perjalanan panjang sejarahnya Golkar selalu berada bersama Pemerintah.

"Usai pemilu legislatif 2014 ketika Golkar mengambil posisi di luar Pemerintah, malah menjadi berantakan. Elektabilitasnya turun menjadi 7,5 persen," katanya.

Ketika terpilih sebagai ketua umum, Novanto segera merapat ke Pemerintah dan menyatakan posisinya mendukung penuh Pemerintah.

Rapimnas Golkar pada Juli 2016, juga memutuskan mendukung Jokowi sebagai calon Presiden pada 2019. "Pertimbangannya, popularitas dan elektabilitas Presiden Jokowi sangat tinggi," katanya.

Novanto juga mengakui setelah menyatakan mendukung Pemerintah dan mendukung Joko Widodo sebagai calon presiden pada 2019, elektabilitas Golkar sudah naik menjadi 16 persen. Novanto menambahkan, elektabilitas Golkar ini berpengaruh pada pilkada serentak tahun 2017.