Sekolah Tinggi Filsafat (STF) dan Teologi se-Indonesia turut menyikapi keprihatinan atas kondisi bangsa menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024. Mereka menilai Jokowi menjalankan kekuasaan secara lancung.
Para akademisi di bidang filsafat ini menyampaikan pernyataan sikap ini khususnya untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai telah menjalankan kekuasan secara lancung dan merusak etika dan hukum bernegara.
Menurut kamus, arti lancung adalah palsu, tidak jujur, curang, tidak murni. Orang lancung adalah orang curang tidak jujur. Dalam masyarakat yang sehat, kelancungan jelas tak disukai.
Pernyataan sikap dini dibacakan Ketua STF Driyarkara, Simon Petrus Tjahjadi.
Pernyataan sikap ini disampaikan demi kehormatan bangsa dan negara. Sebab pemilihan umum yang jujur dan adil adalah langkah penting dari setiap proses peralihan pemerintahan, lembaga perwakilan di Indonesia sejak reformasi 1998.
"Dua asas ini, jujur dan adil bukan hanya menjamin setiap suara dihargai, melainkan lebih dari itu, sebagai ajaran etika politik kita," kata Simon Petrus Tjahjadi dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube STF Driyakara, Senin (5/2/2024).
Akademisi yang hadir mengingatkan kepada segenap pemangku jabatan negara dan pemerintahan khususnya kepada Jokowi agar bersikap jujur dan adil sebagai cara berpikir dan laku dalam bernegara.
"Kekuasaan yang dijalankan secara lancung akan merusak etika, kemudian hukum akan ikut rusak juga. Kami mengawasi khususnya sejak Keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 90/PUU-xxi/2023 yang meloloskan putra anda menjadi calon wakil presiden, Anda semakin menjauh dari harapan yang diamanatkan oleh pemilih Anda. Terutama menyangkut netralitas sikap negara yang anda sering katakan dan kontinuitas perjuangan reformasi melawan korupsi kolusi dan nepotisme dalam berbagai bentuknya," kata Simon.
Pernyataan sikap ini sekaligus melanjutkan seruan pertama pada 27 November tahun 2023 lalu, yakni Seruan Jembatan Serong, dari sivitas akademika serta alumni Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi seluruh Indonesia menyatakan sikap.
"Negara ini tidak boleh dikorbankan demi kepentingan kelompok atau pelanggaran kekuasaan keluarga," demikian bunyi pernyataan sikap tersebut.
Sesuai mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 negara Indonesia berdiri, agar setiap rakyatnya hidup merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Menurut Simon, pemerintah negara dibentuk demi mencapai tujuan itu.
Berdasarkan prinsip ini, para akademisi tersebut menyerukan kepada segenap pemangku jabatan negara dan aparat pemerintah.
3 Seruan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi se-Indonesia:
Pertama Ingatlah kembali sumpah jabatan Anda untuk berbakti kepada nusa dan bangsa serta memenuhi kewajiban Anda seadil-adilnya. Kami meminta Anda berkompas pada hati nurani dan berpegangan secara konsekuen pada Pancasila dasar filsafat dan fundamen moral kita semua.
Kedua, kembalikan keluhuran eksistensi Indonesia dengan menghormati nilai-nilai politik yang diwariskan Bapak pendiri kita, bukan malah merusaknya lewat berbagai pelanggaran konstitusional dan akal-akalan undang-undang yang menabrak ketika berbangsa dan bernegara. Hentikan penyalahgunaan sumber daya negara untuk kepentingan pelanggan kekuasaan selain kepada hukum dan prinsip demokrasi Anda bertanggung jawab kepada Tuhan.
Ketiga, khusus kepada segenap warga negara Indonesia kami menyerukan agar memanfaatkan hak pilih Anda pada pemilu 2024 yang akan datang secara bijak. Dengan antara lain mencermati rekam jejak calon presiden serta partai pendukungnya dalam kesetiaan mereka pada penegakan hak asasi manusia dan komitmen mereka menghapus praktik korupsi kolusi dan nepotisme yang telah merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama ini.
"Mari kita semua berdoa berjuang dan bersaksi bagi pemilu yang langsung umum bebas, rahasia dan adil. Akhirnya kami informasikan bahwa pernyataan ini, seluruh warga sivitas akademika ini adalah bagian dari orkestra nasional demi supremasi moral di atas dan mengatasi segala macam urusan electoral," kata Simon.
Sejumlah sivitas akademik dan alumni yang ikut menandatangani seruan ini:
Prof Dr Armada Riyanto, STFT Widya Sasana, Malang
Dr Elias Tinambunan, STFT St Yohanes, P Siantar
Dr Otto Gusti Madung, IFTK Ledalero, Maumere
Dr CB Mulyatno, Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma
Dr Barnabas Ohoiwutun, STF Seminari Pineleng, Minahasa
Drs Y Subani, Lic Iur Can, Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira, Kupang.
Guru besar, dosen, mahasiswa dan alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
© Copyright 2024, All Rights Reserved