Sejumlah persiapan terus dilakukan Jepang untuk menyambut perhelatan Olimpiade Tokyo 2020. Salah satunya menyiapkan 10 unit masjid berjalan yang disebar di area stadion untuk melayani para atlet dan penonton Muslim dari berbagai negara. Masjid berjalan tersebut dibuat dari truk kontainer yang dimodifikasi. Rencananya dibuat 500 masjid berjalan dan disebar ke seluruh dunia.
Kepala Panitia Pelaksana Masjid Berjalan & CEO Yasu Project Co, Ltd, Yasuharu Inoue, mengatakan, ide dibuatnya masjid berjalan itu tercetus dari keinginan Jepang untuk menyuguhkan keramahtamahan bagi siapa saja. Sehingga keberadaan masjid berjalan itu dapat mempermudah turis muslim yang hendak beribadah. Selain itu, keberadaannya dapat membuat para turis muslim tetap merasa seperti di negaranya sendiri.
"Sebagai negara yang terbuka dan ramah, kami ingin berbagi gagasan "omotenashi" (keramahan Jepang) dengan orang-orang muslim di ajang olahraga dunia mendatang. Apalagi, saya berkawan berkawan dengan banyak muslim dari berbagai negara, baik Indonesia maupun negara-negara di kawasan Timur Tengah. Karena itu, meski saya beragama Budha, tapi saya sangat memahami kebutuhan ibadah shalat bagi orang muslim,” katanya kepada politikindonesia.com di Jakarta, Jumat (24/08).
Menurutnya, menemukan masjid untuk menjalankan ibadah sholat di sejumlah negara tentu tidak semudah negara-negara Islam dan Timur Tengah. Seringkali, lokasi masjid atau fasilitas ibadah tempatnya jauh dan tidak memadai. Jadi, pihaknya berpikir untuk mendekatkan sarana ibadah tersebut kepada penggunannya.
“Selama perhelatan Olimpiade nanti, masjid berjalan tersebut akan dioperasikan tempat ke berbagai yang jadi venue Olimpiade sesuai kebutuhan. Keberadaan masjid berjalan itu diyakini bakal membuat para penonton yang beragama Islam bakal nyaman seperti di negara mereka sendiri,” ungkapnya.
Dia menjeaskan, masjid berjalan dibuat dari kontainer truk dengan teknologi canggih ini menjadi proyek masjid berjalan pertama di dunia. Kapasitas masjid yang bisa menampung 50 jamaah tersebut akan memudahkan atlet olimpiade dan para penonton untuk menjalankan shalat termasuk shalat Jumat. Teknologi canggih yang diadopsi masjid berjalan ini memanfaatkan truk bagian bak sebagai peralatan utama.
“Saat difungsikan, kontainer truk bisa melebar sehingga ruang di dalamnya menjadi lebih luas. Kedua sisi lantai bak bisa diperluas menjadi 48 m, sehingga masjid seberat 25 ton tersebut bisa menampung 50 jamaah. Interior di dalam kontainer juga sudah diset seperti halnya di dalam masjid. Tak ketinggalan, masjid berjalan ini juga sudah dilengkapi alat pendingin suhu (AC) dan keran air untuk berwudhu,” paparnya.
Dia menyebutkan, biaya pembuatan per unit masjid berjalan mencapai sekitar 100 juta Yen atau sekitar Rp14 miliar. Apalagi, masjid berjalan itu juga memiliki sistem penyemprot ruangan yang memanfaatkan kristal mineral, sejenis air kesehatan yang diolah dengan teknologi canggih dan membuat jamaah menjadi lebih sehat dan bugar.
“Sayangnya proyek masjid berjalan ini belum bisa dibawa ke Indonesia pada musim Asian Games 2018 dengan alasan waktu yang sangat mepet. Keberadaan masjid bergerak ini untuk mengantisipasi tidak tertampungnya para penonton Muslim yang ingin salat selama Olimpiade 2020. Masjid truk itu juga bakal bergerak dari satu venue ke venue lainnya pada Olimpade 2020 nanti,” imbuhnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved