Mengantisipasi terjadinya kecurangan pada hari pemungutan suara dan mencegah adanya potensi politik uang (serangan fajar), Polri melakukan razia, mulai Selasa (08/04) hingga hari pencoblosan, Rabu (09/04) besok. Dalam razia ini, politisi menemukan beberapa kasus upaya politik uang.
"Polri sudah lakukan langkah razia. Kemarin kami menangkap di Palopo, Luwu, dan Gunung Kidul, orang-orang membawa uang recehan diduga untuk dibagikan untuk pemilih," terang Kapolri Jenderal Sutarman kepada pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (08/04).
Sutarman mengatakan, para pelaku yang diamankan polisi tertangkap basah membawa uang dengan nominal uang Rp10.000, Rp20.000 dan Rp 50.000 dalam jumlah banyak. Di Gunung Kidul, polisi bahkan menemukan uang recehan dengan nilai total mencapai Rp510 juta. Tumpukan uang itu dimasukkan ke dalam 2 karung.
Sutarman mengatakan, hampir semua partai politik melakukan serangan fajar. Polisi, ujar dia, juga masih memeriksa para pelaku. "Kami masih periksa apakah terkait caleg tertentu atau tidak," ujarnya.
Untuk mengantisipasi politik uang, Sutarman memerintahkan aparatnya untuk mengintensifkan razia selama selama minggu tenang. "Mudah-mudahan masyarakat tidak terpengaruh kepada uang," imbuhnya.
Selain razia uang serangan fajar, aparat kepolisian juga melakukan razia senjata api, senjata tajam, dan barang berbahaya lainnya untuk menciptakan kondisi yang aman. Untuk personil pengamanan, Polri menurunkan sekitar 335.000 personil di sekitar 500.000 tempat pemungutan suara. Jumlah polri yang tak memadai akan dibantu dengan anggota linmas.
Ditambahkan Kapolri, khusus untuk daerah-daerah konflik dilakukan penebalan (penambahan pasukan) seperti di Aceh, Sulawesi Tengah (Poso), Papua, Nusa Tenggara Barat akan dilakukan penambahan personil.
© Copyright 2024, All Rights Reserved