Tim Mabes Polri yang ditugasi memeriksa Hambali siap diberangkatkan ke tempat pria asal Cianjur itu ditahan. Tim yang langsung bertanggung jawab kepada Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar ini beranggota dua perwira tinggi serta empat perwira menengah dan perwira pertama.
Saat ini tim tersebut mempersiapkan materi pemeriksaan. Harian Jawa Pos menyebut, tim itu beranggota Brigjen Pol Aryanto Sutadi, Brigjen Pol Gorris Mere, AKBP Carlo Tewu, AKBP Tito Carnivian, serta dua lainnya dari tim Antiteror Mabes Polri.
Perwira terbaik Polri tersebut selama ini sudah berpengalaman menangani kasus-kasus teror. Aryanto Sutadi, misalnya. Sehari-hari dia menjabat Dir I Keamanan Trans-nasional. Aryanto pernah dipercaya memimpin anggotanya memeriksa Omar Al-Faruq, tersangka Al Qaidah yang ditahan AS.
Begitu juga Gorris Mere. Perwira ini dikenal memiliki banyak akses. Karena itu, tak salah jika dia selalu ditunjuk memimpin tim untuk memburu pelaku teror. Prestasinya cukup hebat. Gorris adalah komandan tim saat meringkus Abdul Aziz alias Imam Samudra, Amrozi, Ali Gufron alias Muklas, dan Ali Imron alias Ale.
Sedangkan Tito Carnivian dan Carlo Tewu adalah perwira yang berhasil mengungkap kasus bom di Jakarta. Masih menurut sumber tadi, kemungkinan jumlah anggota tim bisa ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan.
Kabarnya, Kapolri sendiri yang membentuk tim tersebut. Tetapi, tidak ada satu pun pejabat Polri yang bersedia dikonfirmasi. Kabid Penum Humas Mabes Polri Kombes Pol Zaenuri Lubis enggan berkomentar. Alasannya, dia tak berwenang mengomentari kebijakan tersebut. "Kalau mau tanya soal itu, langsung saja ke Kapolri," katanya singkat.
Sementara itu, Aryanto dan Gorris ketika dikonfirmasi tadi malam mengelak berkomentar. "Anda dapat informasi dari mana. Saya nggak tahu soal itu. Memang waktu Omar Al-Faruq dulu, saya yang pimpin. Tapi, yang sekarang, saya benar-benar tidak tahu," kilah Aryanto.
Hal senada diungkapkan Gorris. Perwira yang cukup sulit ditemui wartawan ini juga enggan berkomentar. "Saya nggak tahu. Saya nggak tahu," ujarnya sambil meminta agar tak terus bertanya soal itu.
Di tempat terpisah, Jubir Deplu (Departemen Luar Negeri) Marty Natalegawa menyatakan, hingga saat ini, pihaknya belum mengetahui apakah unsur Deplu juga akan dilibatkan dalam tim tersebut atau tidak. Yang pasti, lanjut dia, Deplu siap memfasilitasi Mabes Polri untuk memeriksa Hambali yang kini ditahan oleh otoritas keamanan AS.
"Sampai saat ini belum ada kepastian. Bisa jadi staf Deplu tidak ikut. Kita kan bisa minta tolong perwakilan kita di luar negeri. Namun, saya belum bisa mengatakan perwakilan yang mana. Sebab, hingga kini, kita belum tahu posisi Hambali," jelas Marty.
Lantas, apa saja persiapan Polri? Zaenuri Lubis menyatakan, tim sudah mempersiapkan sejumlah materi pemeriksaan. Di antaranya, membawa berita acara pemeriksaan (BAP) Ali Gufron alias Muklas, Abdul Aziz alias Imam Samudra, dan Abu Bakar Ba’asyir untuk dicocokkan dengan keterangan laki-laki asal Cianjur, Jabar, yang bernama asli Encep Nurjaman tersebut.
"Menurut hasil penyidikan, mereka adalah tokoh JI. Dan, Hambali merupakan salah seorang komplotan itu. Di hadapan penyidik, mereka kecuali -Abu Bakar Ba’asyir- mengakui terlibat dalam berbagai peledakan di Indonesia. Nah, kita akan mencocokkan keterangan mereka dengan Hambali," tegas Zaenuri kepada koran ini.
Hambali yang diringkus dinas rahasia AS, CIA, di wilayah komunitas muslim Ayutthaya, Thailand, pada 13 Agustus 2003 tersebut diyakini masih ingin merencanakan aksi terornya di Indonesia. Karena itu, polisi ingin mengetahui siapa saja yang akan direkrutnya di Indonesia. Sebab, sejumlah tokoh pentingnya sudah banyak yang mendekam di tahanan. Misalnya, Imam Samudra, Muklas, Mustofa, Ali Imron alias Ale, Amrozi, Idris alias Jhoni Hendrawan, serta Abdul Jabar.
Keinginan lainnya adalah mengetahui keberadaan sejumlah tokoh JI lain yang hingga kini masih buron. Misalnya, Dr Azahari Hussein, Dulmatin alias Joko Pitono, dan Zulkarnaen. Ketiga buron kasus bom Bali tersebut diyakini masih berada di Indonesia. Namun, sampai sekarang, mereka belum tertangkap.
"Meski lebih banyak hidup di luar negeri, kami meyakini bahwa Hambali masih sering berkontak dengan komplotannya di Indonesia," ujar mantan Kadispen Polda Metro Jaya tersebut.
Keyakinan Mabes Polri itu didasarkan pada keterangan sejumlah tersangka yang telah diinterogasi. Rata-rata, lanjut Zaenuri, para tersangka mengaku mendapatkan perintah dari Hambali dalam setiap aksinya. Jalur itu sekarang sedang dilacak polisi.
"Kita sangat yakin bahwa Hambali itu merupakan mastermind sejumlah pengeboman di Indonesia. Keterangan dia sangat diperlukan guna membongkar jaringannya di sini. Kita yakin akan mendapat banyak informasi dari Hambali, terutama soal keberadaan JI di Indonesia," ungkapnya.
Zaenuri menambahkan, kesempatan yang diberikan AS kepada Polri akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Polri diharapkan bisa menggali banyak data dari laki-laki yang dijuluki The Asia Most Wanted tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved