Bibit-bibit perdamaian bersemi di Serambi Mekkah setelah hampir 30 tahun dikoyak perang. Hal ini ditandai dengan diparafnya draf final nota kesepahaman (MoU) tentang Aceh damai oleh delegasi Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada hari Minggu (17/7) di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Semua pihak yang terlibat dalam perundingan tersebut menyatakan puas terhadap hasil perundingan tersebut.
Dalam pernyataan sikap bersama delegasi Pemerintah Indonesia dan GAM di Helsinki menyatakan, “Memorandum itu memuat kesepakatan dan prinsip-prinsip yang akan menuntun proses transformasi di Aceh."
Sedangkan ketua tim perundingan Indonesia Hamid Awaluddin yang juga Menteri Hukum dan HAM menyatakan bahwa butir-butir kepsepahaman tersebut akan ditandatangani pada 15 Agustus nanti. “Butir-butir atau draf final ini menjadi bahan dasar dari MOU yang akan ditandatangani tanggal 15 Agustus,” ujar Hamid dalam jumpa pers di Helsinki tak lama setelah pemarafan butir-butir MOU itu. Dalam jumpa pers itu Hamid didampingi empat anggota delegasi Indonesia, masing-masing Sofyan Djalil (Menteri Komunikasi dan Informatika), dr Farid Wagjdi Husain (Dirjen Pelayanan Medik Depkes), Usman Basjah (Deputi Menko Politik, Hukum, dan Keamanan), dan I Gusti Agung Wesaka Puja (Direktur HAM, Kemanusiaan, dan Sosbud Deplu).
Pemerintah Indonesia melalui Wapres Jusuf Kalla dalam jumpa pers semalam menegaskan bahwa draf kesepakatan itu sudah disetujui Presiden dan dirinya. Mengenai isi perjanjian damai itu, Wapres mengatakan akan disampaikan Presiden dalam dua atau tiga hari ini.
Mengenai tuntutan GAM tentang pembentukan partai lokal di Aceh, Wapres Jusuf Kalla menyatakan pemerintah siap memfasilitasi sepanjang dalam koridor nasional dan hal tersebut akan dikonsultasikan dulu dengan DPR. Wapres juga mengingatkan bahwa seluruh butir-butir perjanjian yang disepakati ada jangka waktunya. Di antaranya, soal pengembalian senjata GAM dan pasukan TNI meninggalkan Aceh akan dilakukan bersamaan. Saat ini ada 29 ribu personel TNI di Aceh, sedangkan kekuatan GAM sekitar 1.212 personil dengan 445 pucuk senjata berbagai jenis.
Sikap optimis akan hasil perundingan tersebut juga diungkapkan oleh juru militer GAM di Aceh Sofyan Dawood. Bahkan Sofyan siap memusnahkan seluruh persenjataannya dan tunduk kepada pemimpinnya yang berunding di Helsinki. "Kami siap memusnahkan senjata. Untuk melaksanakan kesepakatan itu, sangat dibutuhkan sikap saling percaya. Sebagai tentara, kami tunduk kepada pemimpin sipil kami yang berunding di Helsinki," ujar Sofyan Dawood tegas.
Martti Ahtisaasri mantan Presiden Finlandia selaku Ketua Crisis Management Initiative (CMI) sebagai fasilitator perundingan juga menyatakan kegembiraannya atas hasil perundingan tersebut. Martti berkeyakinan peperangan akan berakhir setelah penandatanganan MoU pada 15 Agustus yang akan datang. “Segala pertikaian harus berakhir,” ujar Martti mengingatkan kedua belah pihak.
Sebulan lagi atau pada 15 Agustus penandatangan perdamaian antara Pemerintah RI – GAM. Bila itu terjadi, hal tersebut merupakan kado terindah bagi rakyat Indonesia yang akan merayakan hari kemerdekaanya yang ke-60.
Namun penandatanganan tersebut juga dibayang-bayangi oleh ketidak setujuan beberapa kalangan di DPR terutama tentang pembentukan partai lokal. Sekarang bagaimana kalangan DPR bersikap bijak dalam menyikapi permintaan GAM tersebut. Yang penting adalah perdamaian bisa terwujud di Aceh.
© Copyright 2024, All Rights Reserved