Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Usman Harun dan KRI Bung Tomo resmi beroperasi memperkuat armada TNI Angkatan Laut Indonesia. Upacara pengukuhan pengoperasian kedua kapal itu dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Marsetio di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya. Pengukuhan kedua kapal perang ini disaksikan oleh ahli waris Bung Tomo, Usman dan Harun.
Kasal Marsetio dalam keterangan persnya, Kamis (04/12), mengatakan, Surabaya dipilih sebagai lokasi pengukuhan karena 3 tokoh tersebut berasal dari kota ini. Marsetio menyatakan penamaan kapal perang jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) agar dapat menumbuhkan patriotisme prajurit.
“Pahlawan Nasional Bung Tomo yang lahir di Surabaya ini terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya," ujar Marsetio.
Sedangkan pahlawan Nasional Usman Janatin bin H. Ali Hasan yang lahir di Purbalingga, Jawa Tengah serta Tohir bin Said (Harun) yang lahir di Pulau Bawean Jawa Timur dikenal karena keberaniannya pada saat Dwikora dikumandangkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 3 Mei 1964. “Kedua pahlawan nasional ini gugur di Singapura," tambahnya.
KRI Bung Tomo dengan nomor lambung 357 saat ini dikomandani Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan, sedangkan KRI Usman Harun bernomor lambung 359 dikomandani Kolonel Laut (P) Didong Rio Duta.
Bung Tomo-357 dan KRI Usman Harun-359, masing-masing, memiliki jumlah ABK 85 prajurit, dengan rincian perwira 17 orang, bintara 40 orang dan tamtama 28 orang.
Kedua KRI ini merupakan kapal patroli lepas pantai jenis korvet. Kedua kapal kapal perang MRLF tersebut tiba di Indonesia pertengahan bulan September 2014.
Senjata canggih melengkapi kedua KRI ini serta didukung radar navigasi dan radar surveillance untuk mendukung pengamatan udara, serta radar tracker senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran.
Meriam 76 mm Otomelara Super Rapid Gun (OSRG) dan 30 mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai CIWS (Close in Weapon System) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut.
Kelengkapan sistem sensor senjata juga dilengkapi dengan EOTs (Electro Optical Tracker System) untuk pengendalian meriam kapal dan pengamatan secara visual oleh kamera video yang ada. Sebagai kapal frigate, kedua kapal perang ini juga dilengkapi sensor bawah air yang memiliki tingkat akurasi yang baik dalam mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air yaitu sonar.
Propulsion system yang ada di kapal tersebut dikontrol secara computerisasi oleh IPMS (Integrated ang cukup Platform Manajemen System) sehingga jika ada kerusakan atau failure pada salah satu system kapal akan terdeteksi secara dini.
Secara rinci kapal perang tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam Oto Melara 76 mm, 2 meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE System 324 mm untuk perang atas air dan bawah air. Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan-ke- udara VLS MBDA MICA (BAE System), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet.
Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut.
Kapal perang ini memiliki panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dengan berat 2.300 ton. Dengan kemampuan mesin 4 x MAN 20 RK270 Diesel, kapal ini memiliki kecepatan 30 knot. Kapal terbaru yang nantinya masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmatim ini, dilengkapi dengan Radar dan Avionik Sonar: FMS 21/3 Hull Mounted Sonar buatan Thales, Prancis.
Ke depan akan dilaksanakan pengukuhan KRI John Lie-358. Kota Bitung dipilih sebagai lokasi upacara pengukuhan KRI Bitung, mengingat Pahlawan Nasional John Lie dilahirkan di kota yang berada di Provinsi Sulawesi Utara tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved