Kongres ke-IV Partai Demokrat yang mulai digelar hari ini, Senin (11/05), di Surabaya, Jawa Timur bisa menjadi eksperimen penting soal demokratisme tanpa politik uang dan penggunaan kekuasaan.
Ada 2 cara untuk bisa memimpin partai. Pertama, dengan mencari basis dukungan seluas-luasnya sampai ke unit terkecil partai di daerah. Kedua, karena sistem bottom up dimana struktur partai dari unit terkecil di daerah yang bergerak ke atas meminta seorang figur untuk memimpin partai.
Cara yang pertama adalah cara konvensional yang dilakukan partai-partai yang akibatnya, sangat rentan politik uang. Siapa memiliki uang besar, memiliki potensi untuk menguasai partai. Cara ini juga rentan konflik yang tidak menguntungkan partai.
Adapun cara kedua, adalah cara yang sulit beradaptasi dalam sistem demokrasi kita, akibat maraknya politik transaksional. Namun, setiap partai pada akhirnya memiliki jalannya masing-masing.
Partai demokrat berdasarkan pengalaman-pengalaman kongres sebelumnya, kini memilih jalan yang kedua. Secara bottom up dari unit terkecil partai meminta SBY untuk memimpin partai ini kembali 5 tahun ke depan. Ini demokrasi bottom up, karena kehendak berasal dari bawah.
Meski dalam tata cara pemilihannya, besok tetap membuka peluang pada siapapun kader demokrat untuk berkompetisi dengan persyaratan tertentu. Misalnya, untuk menjadi ketua umum harus didukung oleh 30 persen pemilik suara kongres. Secara teoritis, kongres demokrat membuka maksimal 3 calon untuk berkompetisi atas dukungan 30 persen.
Namun pada prakteknya, bisa saja dua calon atau bahkan calon tunggal nantinya yang akan muncul. Siapa yang didukung struktur partai daerah-daerah sejak pencalonan, maka figur tersebut yang akan berpeluang.
Selamat datang demokrasi tanpa politik uang di Kongres demokrat ke IV di Surabaya.
Andi Arief, Peninjau Kongres.
© Copyright 2024, All Rights Reserved