Di tahun 1985, Ir. Ciputra menjadi lokomotif PT Mandara Permai guna mendirikan sebuah kawasan perumahan super mewah, super lengkap yang disebut Pantai Indah Kapuk (PIK). Disini, Sudwikatmono, Soedono Salim, Mochtar Riady, Djohar Sutanto, Ibrahim Risyad, Henry Pribadi -- ingat, sekarang mereka sedang diproses karena menjarah uang rakyat melalui bank milik mereka -- yang merupakan pengusaha - pengusaha raksasa ketika itu, digandeng Ciputra untuk menyulap kawasan resapan air seluas 831, 63 hektare (Ha).
Belum setahun usia PIK, baik berupa perumahan mewah maupun lapangan golf, Jalan Tol Prof Sedyatmo yang menuju Bandar Soekarno - Hatta terendam air alias banjir. Ketika itu Ciputra dengan lantang membela diri, bahwa penyebab banjir jalan tol, bukan karena berdirinya PIK. “Saya siap digantung kalau PIK penyebabnya.” Saya akan menyiapkan pompa seharga Rp 6 miliar dan akan mendatangkan ahli dari Belanda,” ungkap “raja properti” ini kepada wartawan ketika itu.
Nah, kali ini kembali jalan tol itu terendam banjir. Padahal, hampir dua puluh pompa air berukuran besar sudah bekerja keras untuk menyedot air yang melimpah.
Bila disimak, kawasan Pantai Kapuk semula merupakan hutan bakau seluas 1.154,49 hektare yang terbagi atas 25,35 Ha sebagai cagar alam, 49,25 Ha sebagai hutan lindung dan 91,45 Ha sebagai hutan wisata. Seluas 150, 32 Ha untuk Cengkareng drain, tranmisi tegangan tinggi, jalan tol, dan jalur hijau serta 10, 47 Ha sebagai tempat pembibitan kehutanan. Daerah seluas ini mampu menampung air untuk parkir sebanyak 16 juta meter kubik sebelum masuk ke laut.
Dari jumlah hutan lindung dan cagar alam itu, PIK mengambil kawasan rawa seluas 831, 63 Ha yang diuruk menjadi kawasan perumahan dan lapangan golf. Kemana lagi air akan ditampung, bila lahan resapannya sudah diuruk? Kemana lagi air akan mengalir? Ya, ke perumahan penduduk di Kamal Muara serta Jalan Tol Prof Sedyatmo. Kemana Ciputra yang katanya siap digantung bila banjir? Tak tahu ada dimana. Bisa jadi sedang main golf di PIK. Atau sedang menikmati hasil keuntungannya menjual rumah mewah dan hasil members lapangan golfnya.
Begitulah Konglomerat, yang ketika sudah berniat tak ada yang mampu menahannya. Tentu termasuk pejabat-pejabat Orde Baru yang disuap untuk keberhasilan PIK menjarah hutan lindung dan cagar alam serta meloloskan Amdalnya. Bak sabda pandita ratu. Mungkin rakyat yang kini menderita akibat ulah mereka yang mampu mencegahnya. Sebab do’a orang yang menderita dan tertindas akan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
© Copyright 2024, All Rights Reserved