Perdana Menteri Australia John Howard yakin, klaim Al Qaidah bertanggung jawab atas peledakan di Hotel JW Marriott, Jakarta, pekan lalu sangat mungkin autentik. Howard juga tidak menyangkal klaim Al Qaidah bahwa peledakan di Marriott itu merupakan realisasi ancaman Dr Ayman Al-Zawahiri, wakil Usamah Bin Laden, pemimpin Al Qaidah.
"Informasi pendahuluan yang saya dapatkan memang menyatakan statemen itu mungkin sekali autentik," jelas Howard di parlemen kemarin.
Sayang, seperti ditulis Harian Jawa Pos, Howard tak menyebutkan asal informasi itu. Jamaah Islamiyah (JI), organisasi yang berafiliasi ke Al Qaidah, selama ini banyak disebut sebagai pelaku teror bom di Marriott pada 5 Agustus tersebut. Hanya beberapa jam setelah ledakan Marriott, Howard sempat mengatakan, pelakunya bisa berasal dari orang-orang yang seorganisasi para pelaku bom Bali, yaitu JI.
Jaringan televisi CNN kemarin melaporkan, akhir pekan lalu sebuah statemen (tanpa tanda tangan) dirilis ke media massa di Arab. Statemen itu menyebutkan berasal dari Al Qaidah. Ia berisi pengakuan organisasi itulah yang melakukan peledakan di Marriott, Jakarta, yang menewaskan 12 orang itu.
Dalam statemen yang dinyatakan dari Al Qaidah itu, selain Amerika Serikat, Australia benar-benar disebut. Kehadiran dua negara ini di Jakarta dinyatakan telah merecoki kehidupan umat Islam.
Saat dimintai komentar soal laporan CNN tersebut, Howard mengatakan, itu bukanlah yang kali pertama nama Australia disebut dan diancam Al Qaidah. Yang jelas, ancaman terbaru itu tidak otomatis membuat Howard lantas menaikkan tingkat pengamanan.
Yang jelas, tegas Howard, "Itu (klaim) benar-benar menunjukkan hubungan erat antara Al Qaidah dan JI."
Di tempat terpisah, kepala intelijen Australia justru mengatakan kecemasannya serangan-serangan teroris berikutnya hanya soal waktu. Dan, Australia menjadi target itu dikarenakan kedekatannya dengan AS.
Kepada para penerbit surat kabar kemarin, Dennis Richardson, kepala dinas intelijen Australian Security Intelligence Organization ASIO), mengakui, sikap yang ditempuh negaranya bersama AS memerangi terorisme ibaratnya membawa Australia ke lubang target.
Dalam klaim CNN itu pula, Al Qaidah menyebutkan serangan di Marriott itu merupakan realisasi ancaman Dr Al-Zawahiri. Yakni, warga Mesir yang jadi penasihat sekaligus dokter pribadi Usamah. Dia kerap muncul di media bareng Usamah bersama mendiang komandan militer Mohammad Atef, yang tewas pada November 2001 kala pasukan AS menggempur Afghanistan.
Dalam klaim itu, Al Qaidah menyatakan sejumlah tuntutan. Di antaranya, akhir perang teror, pembebasan tahanan di Guantanamo, dan -terpenting-AS beserta sekutunya segera angkat kaki dari tanah-tanah Muslim. Jika tuntutan-tuntutan itu tak dipenuhi, serangan akan terus berlangsung.
Persoalannya, benarkah itu klaim Al Qaidah? Clive Williams, pakar terorisme pada Australian National University (ANU), menyatakan, mungkin sekali. Sebab, pada masa lalu Al Qaidah bahkan kerap mengklaim aksi peledakan yang sejatinya tidak mereka lakukan.
"Itulah standar praktis Al Qaidah. Mereka mengklaim insiden-insiden berskala internasional yang konsisten dengan tujuan yang ingin dicapai," terang Williams kepada Nine Network.
Tentang Pasukan Khos, di mana salah satu dari 15 orang anggota satuan bunuh dirinya melakukan aksi di Marriott, Williams mengatakan tidak begitu terkejut bila laporan itu benar. "Saya kira cukup mungkin bahwa JI punya daftar relawan untuk operasi-operasi berikutnya. Mereka bisa melakukan operasi seperti di Marriott itu," terangnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved