Gempa sebesar 7,9 Skala Richter (SR) yang mengguncang Nepal pada Sabtu (25/04) lalu, dapat berpengaruh pada zona subduksi pada sejumlah lempeng tektonik di Indonesia. Perlu diwaspadai, gempa yang terjadi di Nepal dapat memicu terjadinya gempa megatrust di 2 lokasi di Indonesia.
Setidaknya demikian analisa yang disampaikan mantan Presiden Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari, Senin (04/05).
Ia menyebut, zona tumbukan (lempeng tektonik) yang ada di Nepal itu terjadi menerus hingga zona subduksi (tumbukan) di selatan barat Sumatera hingga selatan Jawa.
“Jalur tumbukannya itu menyatu. Jadi kalau di sana kena (gempa), di sini (Indonesia) suatu saat bisa terjadi," jelasnya.
Rovicky menjelaskan, gempa Nepal terjadi di zona subduksi lempeng tektonik Indo-Australia dan lempeng tektonik Eurasia. Zona tumbukan ini memiliki jalur sampai ke barat atau selatan Sumatera hingga selatan Jawa di Indonesia.
Rovicky menduga, gempa Nepal justru dipicu gempa besar yang terjadi di Sumatera dulu. “Di selatan Sumatera bergerak dulu, bisa jadi yang memicu gempa di Nepal. Ini masih dugaan karena biasanya beberapa tahun berikutnya baru diketahui. Satu gempa bisa saling memicu atau terpicu dengan gempa lain," ujar dia.
Rovicky mencontohkan seperti gempa di Aceh. Beberapa waktu kemudian, timbul gempa di Nias dan disusul gempa di Padang. “Saat itu gempa Aceh memicu gempa ke sebelah selatan. Jadi rentetannya begitu. Dan ke sebelah utara belum, jadi diduga pelepasan ke utaranya, ya gempa Nepal itu," imbuhnya.
Ditambahkannya, yang perlu dikhawatirkan adalah, wilayah seismic gap atau kawasan sepi gempa di sebelah barat lepas pantai Pangandaran dan sebelah barat lepas pantai Sumatera.
Di sebelah barat lepas pantai Pangandaran, imbuhnya, ada seismic gap yang perlu diwaspadai pelepasan energinya bisa berpotensi mencapai di atas 8 SR. “Apa yang dinamakan megathrust, adalah di wilayah sepi gempa itu.”
Sementara di selatan selat Sunda, zona subduksi belum bergerak. Suatu saat pasti akan bergerak. “Kalau lihat potensi gempanya di atas 8 SR. Tetapi bisa juga dilepaskan skala 6 SR tapi berulang.
Dewan Penasihat IAGI ini mewanti-wanti, titik lain yang perlu diwaspadai adalah di lepas pantai barat Sumatera. Sebelumnya, para geolog dan pakar gempa memprediksi akan terjadi gempa besar di wilayah Siberut, Mentawai.
“Di Sumatera di sebelah barat kota Padang. Waspada untuk tsunami, ada daerah belum bergerak, sepi dari gempa, selama ini dikhawatirkan menumpuk kekuatannya hingga suatu saat terlepas semua kekuatannya. Itu juga berpotensi di atas 8 (SR)," imbuhnya.
Rovicky menambahkan, ilmu kegempaan hingga kini hanya bisa memperkirakan wilayah terjadinya gempa, bukan waktunya. Sehingga kapan gempa itu akan muncul, tidak bisa diketahui.
“Bisa diketahui akan gempa di daerah sekitar itu, namun kapan terjadinya tidak bisa ditentukan. Namun yang jelas, di Nepal itu periodesasi gempa lebih lama, 75-80 tahun sekali. Sedangkan di selatan Jawa lebih sering, seperti yang saya gambarkan itu," jelas dia.
Ia menegaskan, prediksi terjadinya gempa di wilayah ini bukan untuk menakuti-menakui, melainkan untuk membuat lebih waspada. Warga di kawasan selatan Jawa dan pantai barat Sumatera harus lebih ekstra diberikan pendidikan mitigasi bencana dan berlatih menghadapi gempa yang bisa datang sewaktu-waktu. “Kita harus lebih waspada ketimbang di Nepal," tandas Rovicky.
© Copyright 2024, All Rights Reserved