Bencana alam berupa banjir dan longsor yang menimpa 24 desa di 7 kecamatan di Kabupeten Trenggalek. Kondisi itu membuat Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak menetapkan status darurat bencana untuk wilayahnya.
“Pak bupati (Emil Elestianto Dardak) sudah menekan status darurat bencana sampai 14 hari ke depan," terang Wakil Bupati Trenggalek M Nur Arifin, kepada pers, Jumat (19/08).
Selain untuk penanganan darurat terhadap wilayah terdampak bencana banjir dan longsor, status ini juga untuk meningkatkan kewaspadaan karena ancaman cuaca ekstrem masih akan berlangsung selama 14 hari mendatang.
Nur menerangkan, banjir dan longsir yang menimpa sejumlah desa itu terjadi setelah wilayah Trenggalek diguyuri hujan deras selama tiga hari berturut-turut. Beberapa sungai meluap.
“Memang ini bencana dan dampaknya tidak tanggung-tanggung. Ada sekitar 30 ribu orang yang terdampak, rumahnya tergenang dan ada juga yang terisolir karena longsor dan jembatan putus," katanya.
Ditambahkannya, dengan status tanggap darurat, maka menggunakan anggaran tak terduga yang dimiliki pemkab bisa digunakan untuk menangani bencana ini. “Kalau pembangunan infrastruktur ini menunggu anggaran, kasihan masyarakat. Bisa-bisa menunggu waktu satu tahun lagi untuk hidup normal," ujar dia.
Pihaknya juga masih menghitung areal pertanian warga yang rusak akibat bencana ini. “Ini kan juga perlu dihitung. Apakah nanti masyarakat mendapatkan bantuan bibit atau ganti rugi. Kalau ganti semua tidak bisa karena anggarannya terbatas, tapi bagaimana pemerintah peduli terhadap masyarakat terdampak," terangnya.
Dilaporkan, lebih dari 24 desa dari 7 kecamatan di Trenggalek yakni, Kecamatan Munjungan, Kecamatan Kampak, Watulimo, Gandusari, Pogalan, Bendungan dan Pule.
Desa yang terdampak banjir seperti Desa Ngrayung, ada 3.784 jiwa. Desa Jajar ada 886 jiwa. Wonorejo ada 5.375 jiwa. Desa Sukorejo ada 3.913 jiwa. Desa Gandusari ada 9.817 jiwa. Desa Wonoanti ada 516 jiwa. Desa Widoro ada 959 jiwa. Desa Karanganyar 882 jiwa. Desa Melis 280 jiwa. Desa Krandengan 2.150 jiwa dan Desa Sukorame 452 jiwa.
Sedangkan titik longsor seperti di Desa Sukorejo terdapat kerusakan pada infrastruktur seperti Jembatan gantung di Dusun Bandung (Jembatan utama yang menghubungkan Desa Sukorejo-Desa Jajar).
Jalan Kartini ke timur sekitar 560 meter dan lebar 5 meter. Jalan di RT 10 Desa Sukorejo sekitar 280 meter.
Kerusakan infrastruktur di Desa Gandusari seperti tanggul sungai di Desa Gandu jebol volume 250 meter. Jembatan Samiaji di Dusun Pucung sekitar 600 meter. Kerusaka jalan aspal di Dusun Gumelar volume 1000 meter. Sedangkan tanggul sungai Munjungan di Desa Krandengan jebol sekitar 5 meter.
© Copyright 2024, All Rights Reserved