Banyak orang melihat sepele, kenapa tentara mengurusi beras dan pencetakan sawah. Padahal, persoalan ini sangat strategis. Ada orang yang mengambil keuntungan dengan impor beras. Sebelumnya, swasembada selalu gagal. TNI dipercaya dan diberi amanah untuk mensukseskan swasembada beras dengan pendampingan.
Demikian disampaikan Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI Mayjen TNI Wiyarto S.Sos. didampingi Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman saat meninjau program cetak sawah di Desa Noibangat, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Minggu (01/05).
Lebih lanjut dikatakan Wiyarto, program Kementerian Pertanian ini ketika diserahkan lewat pemda gagal. Kemudian banyak yang akhirnya masuk penjara gara-gara cetak sawah ini. “Sekarang Kementerian Pertanian di dalam cetak sawah ini diserahkan kepada TNI. Jadi ini termasuk daerah yang gampang pengerjaannya, ada daerah-daerah yang masih sulit mengerjakan cetak sawah ini,” ungkapnya.
Wiyarto menambahkan, di Kupang, sawah-sawahnya tadah hujan. “Harusnya ini tidak usah terlalu luas dulu, jadi cukup 2.000 hektar disertai dengan pompa air. Lahannya cukup luas dibangun tapi kita ada problem di airnya, karena sawahnya tadah hujan bukan irigasi. Kita datang kesini sambil melihat kondisinya. Ini wilayah yang cukup subur, untuk di daerah kupang," ujar dia.
Mayjen TNI Wiyarto mengatakan, kelompok tani ini harusnya dapat bibit unggul dari pemerintah tapi tidak sampai, harusnya pupuk itu disubsidi, tapi pupuk itu tidak sampai.
Pupuk yang untuk petani tidak sampai, setelah panen mereka dibeli dengan harga murah oleh tengkulak. “Makanya kita dampingi supaya bulog yang beli dengan harga standart pemerintah. Kalau Bulog tidak mau beli dengan harga pemerintah kita laporkan.”
Aster Panglima TNI berharap, setelah terbangun sistem yang baik petani bisa dilepas, agar petani ini mau kembali ke sawah, apalagi anak mudanya yang lalu tidak mau, karena tidak ada yang mengarahkan yang hasilnya tidak sesuai harapan dan tidak menguntungkan.
“Petani semakin semangat karena hasilnya dua kali lipat, seperti di lombok yang awalnya tidak tertarik dengan pertanian. Saat ini anak mudanya sudah mulai tertarik, karena hasilnya sudah dapat dihitung," pungkas Wiyarto.
© Copyright 2024, All Rights Reserved