Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Kamis (11/10), menyatakan negaranya menarik diri badan budaya dan pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dari UNESCO. Keputusan itu akan berlaku efektif pada 31 Desember mendatang.
"Keputusan ini bukan perkara mudah, dan mencerminkan kekhawatiran AS akan meningkatnya tunggakan di UNESCO, kebutuhan akan reformasi mendasar dalam organisasi tersebut, dan melanjutkan bias anti-Israel di UNESCO," kata juru bicara Deplu AS, Heather Nauert seperti dilansir Reuters, Jumat (13/10).
Meski demikian, AS tetap akan terlibat sebagai non-anggota dalam kapasitas negara pemantau. Terutama untuk memberikan pandangan, perspektif, dan keahlian yang dipunyai. AS merupakan penyumbang seperlima pendanaan UNESCO dengan sumbangan 80 juta dolar setiap tahunnya.
Keputusan AS tersebut menjadi pukulan telak bagi organisasi yang bermarkas di Paris itu. Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova menyatakan kecewa atas keputusan AS itu. Pada saat berbagai konflik terus mengoyak masyarakat di seluruh dunia. "Sangat disayangkan bahwa Amerika Serikat mengundurkan diri dari badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang mendorong pendidikan untuk perdamaian dan melindungi kebudayaan yang terancam."
Bokova mengatakan, keputusan AS mundur dari UNESCO ini merupakan kehilangan bagi keanggotaan PBB. Apalagi UNESCO sedang berada dalam proses untuk memilih kepala baru, yang prioritasnya untuk menghidupkan kembali berbagai kekayaan organisasi itu.
Langkah AS tersebut menggarisbawahi ketidakpercayaan yang dinyatakan Presiden Donald Trump bahwa AS tetap perlu mengikatkan diri dengan badan-badan multilateral. Trump disebut menjalankan pemerintah dengan mendahulukan kepentingan ekonomi dan nasional AS dibanding komitmen internasional.
© Copyright 2024, All Rights Reserved