Entah apa yang berkecamuk dalam pikiran wartawan Majalah Tempo Ahmad Taufik ketika tampil di PN Jakarta Pusat menjadi saksi David Tjiou. Sebagai wartawan yang mengaku sudah belasan tahun menggeluti dunia tulis menulis, Taufik ternyata tak permah melihat apalagi membaca proposal renovasi Pasar Tanah Abang. Padahal proposal yang konon diajukan Tomy Winata itulah yang menjadi sumber penting dalam penulisan artikel ‘Ada Tomy di Tenabang’.
Sidang kasus aksi unjuk rasa di kantor Majalah Tempo yang berbuntut kekerasan dengan tersangka David Tjiou dan Teddy Uban kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa 29 April 2003. Sidang kali ini menghadirkan saksi korban Ahmad Taufik dan Karania Dharmasaputra, keduanya wartawan Majalah Tempo.
Dalam kesaksiannya, Ahmad Taufik menjelaskan latar belakang penulisan artikel ‘Ada Tomy di Tenabang’ yang berbuntut ketidakpuasan dan memancing karyawan Grup Artha Graha berunjuk rasa ke kantor Majalah Tempo di Jalan Proklamasi Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Ditengah sidang yang dipadati pengunjung itu, Taufik menjelaskan, dirinya tertarik menulis kasus kebakaran Pasar Tanah Abang ketika mendengar {rumours} atau isu bahwa ada indikasi pasar Tanah Abang dibakar. “Saya mendengar isu tersebut ketika bertemu beberapa pedagang korban kebakaran pasar Tanah Abang.
Ketika ditanya soal proposal yang konon disetor pengusaha Tomy Winata tiga bulan sebelum kebakaran, Ahmad Taufik mengakui, hal itu diketahuinya dari cerita seorang arsitek yang juga kawan dekatnya. Aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini secara jujur mengakui tak pernah melihat sendiri, apalagi membaca proposal tersebut. {(Lihat: Ini dia Dapur Tempo) }
“Saya tidak pernah melihat proposal tersebut,” ujarnya menjawab pertanyaan penasehat hukum terdakwa.
Namun demikian Taufik tetap bersikeras menolak menyebutkan sumber yang memberikan informasi tersebut dengan alasan kode etik dan soal keamanan.
Ketika ditanya soal proses editing artikel dan penggunaan istilah ‘pemulung besar’ yang membuat pihak Tomy Winata keberatan, Taufik menolak bahwa istilah itu bukan dari dirinya.”Saya hanya bertanggungjawab pada editing tingkat pertama dan istilah itu bukan dari saya,” tukasnya.
Sementara dalam hal lain Taufik menceritakan proses dialog antara para pengunjuk rasa dan perwakilan pengunjukrasa yang dipimpin David, baik di kantor Majalah Tempo maupun di Kantor Polres Jakarta Pusat.
© Copyright 2024, All Rights Reserved