6 penari remaja keluar dari balik pintu pendopo Keraton Kanoman, Cirebon. Gerakannya gemulai. Suasana menjadi magis ketika mereka keluar membawa lilin di tengah kegelapan. Itulah penampilan pertama tari Bedaya Rimbe setelah 37 tahun vakum.
Tarian magis yang dipentaskan pada hari pertama rangkaian acara Gotrasawala 2014 itu Rabu (03/2) malam, merupakan repertoar yang bersumber pada cerita Menak Jayengrana.
Tarian tersebut biasa dipersembahkan pada setiap upacara resmi seperti penyambutan tamu Negara. Terakhir kali dipagelarkan sekitar 1967. Saat itu Sultan Kanoman, Raja Muhammad Emiruddin (Sultan Kanoman XII) kedatangan tamu Negara dari Perancis. Sultan kemudian menitahkan Pangeran Raja Muhammad Qadiran, Patih Keraton Kanoman untuk merevitalisasi tarian tersebut.
Aturan yang diterapkan bagi para penari maupun tata cara penyajiannya, sangatlah ketat. Hal itu menyirat kandungan filosofis yang bernilai ritual. Juga sarat akan makna simbolik aristokrasi. Sebagai salah satu artefak, maka Bedaya Rimbe memiliki nilai arkaik dan artistik tinggi sebagai seni klasik istana yang bernilai historik.
© Copyright 2024, All Rights Reserved