Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh-tokoh lintas agama di Wisma Negara, Senin malam (17/01). Pertemuan tersebut berlangsung secara tertutup. Namun, Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief, membocorkan jalannya pertemuan itu lewat akun twitternya.
Setelah membuka acara, Presiden SBY memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan pandangan masing-masing.
Andi menyebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mendapatkan kesempatan pertama untuk berbicara. Pertama, Din membenarkan pernyataan Presiden bahwa dirinyalah yang pertama kali mengirimkan pesan pendek agar pertemuan tersebut digelar. Menurut Din, selama ini dialog antarlintas agama dengan pemerintah sempat terputus.
Andi menyebut, Din memulai pembicaraan tetap dengan lantang, keras dan tajam. “Kebohongan publik sama dengan kesenjangan antara pernyataan dan kenyataan," tulis Andi di twitternya.
Salah satu poin penting yang disampaikan Din adalah komunikasi Istana dengan rakyat yang berjarak. Din meminta agar jalur komunikasi tersebut terbuka. “Saran Pak Din, penting," demikian komentar Andi.
Selanjutnya, giliran Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr D Situmorang yang menyampaikan pernyataan. Ada tujuh hal yang disampaikan Situmorang. "Ada satu poin tuntutan kekerasan atas nama agama. Point lainnya ekonomi dan politik," lanjut Andi.
SBY mempersilahkan para tokoh agama untuk menyampaikan kritik secara terbuka meski bersifat keras. Menurutnya, tokoh agama tentu merekam apa yang terjadi di masyarakat.
Kemudian, giliran Frans Magnis Suseno berbicara. Kalimat pertama yang disampaikan tokoh kristiani yang akrab disapa Romo Magnis ini adalah bahwa mereka tidak pernah menuduh SBY berbohong. “Kami tidak pernah menyatakan Presiden SBY bohong,. Kami meminta SBY Lebih tegas didik rakyat terima toleransi," demikian pernyataan Romo Magnis yang dikutip Andi.
Seperti juga Din Syamsudin, Romo Magnis berkaca kasus Gayus bukan sekedar korupsi tetapi tindak tanduknya menggambarkan ancaman masa depan bangsa.
Sementara itu, Said Agil Siraj mengatakan Indonesia lebih baik dalam kebebasan organis. “Saya 13 th di Timteng kata Ketua PB NU, kita lebih maju dlm kebebasan Organis,kumpul. Ada yg dilarang di timteng, di sini org itu hidup,” ujar Andi menirukan apa yang disampikan Said.
Andi juga menuliskan kritik yang disampaikan Ketua PB NU tersebut. “Meski kita melangkah, kata Kyai Said Agil, tapi ada kesenjangan. Ada pemilik ratusan ribu ha lahan tambang, ada rakyat penghasilan minim.”
Beberapa hal tentang pandangan yang disampaikan oleh 13 tokoh lintas agama tersebut , beberapa diantaranya dijawab langsung Presiden, dan Wakil Presiden, Tiga menteri Koordinator, Menteri Sekretariat Negara, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Menteri Agama yang turut hadir mendampingi SBY dalam pertemuan itu.
“Pandangan tokoh agama dalam dialog malam ini, suara hati nurani. Mudah-Mudahan amanah yang kami emban ada di hati nurani tokoh agama,” ujar Boediono
Andi mengatakan, di akhir dialog, Din menyatakan bahwa “dialog baru dimulai”. “Lebih baik mendengar dan berdialog dengan pihak yang kritis, agar pemerintah tak terlena.”
Dialog yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB tersebut, berlangsung hingga larut malam. Andi menyebut, dialog berakhir pada pukul 00.15 WIB. “Presiden siap terima kritik.. Awal dialog yang baik, setara, ada debat rakyat dengan Pemerintahnya DI ISTANA NEGARA,” tulis Andi.
Tentang pertemuan tersebut, Andi menggambarkan, “Mungkin, tak ada debat dan kritik rakyat dan Presidennya DI ISTANA NEGARA, di masa lalu.” Dialog ini membuktikan bahwa, “Demokrasi ada..”
© Copyright 2024, All Rights Reserved