Survei Lingkaran Survey Indonesia (LSI) menunjukkan PDIP untuk pertama kalinya sejak Pemilu 2004 mendapatkan dukungan yang melampaui semua parpol lainnya secara signifikan, dan hasil riset itu menunjukkan PDIP mendapatkan dukungan 22,6 persen, Partai Golkar 16,5 persen, dan Partai Demokrat hanya 16,3 persen.
Menurut Direktur LSI Denny JA, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, dukungan yang diperoleh parpol-parpol lainnya jauh di bawah perolehan PDIP, Golkar, dan Partai Demokrat.
PKS mendapatkan dukungan 5,6 persen, PKB (4,7 persen), PPP (3,6 persen), PAN sebanyak (3,4 persen), PBB (0,5 persen), PBR (0,5 persen), PPKB (0,3 persen) dan PDS (0,2 persen). Namun survei itu juga menunjukkan bahwa masih ada 24,6 persen responden yang tidak memilih atau belum memutuskan memilih salah satu dari Parpol yang ada sekarang ini.
LSI melakukan survei pada Februari 2007 di seluruh provinsi di Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 1200 responden. Metode penelitiannya adalah "{multi stage random sampling}" dengan model wawancara tatap muka, sedang tingkat kesalahannya adalah 2,9 persen.
Menurut Denny, PDIP sejak Pemilu 2004 berada di bawah bayang-bayang Partai Golkar (pemenang Pemilu parlemen) dan Partai Demokrat (pemenang Pilpres). Hasil survei itu menggambarkan perubahan {public mood} dan persepsi terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.
Survei itu menunjukkan dominasi PDIP hampir di semua segmen pemilih, seperti di wilayah pedesaan dan perkotaan, unggul di lapisan pemilih pria dan wanita, unggul di kalangan pemilih beragama Islam, Kristen/Katolik, serta unggul di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa.
Dilihat dari suku pemilih, PDIP hanya kalah dari Partai Golkar di suku Sunda. Sementara berdasarkan tingkat pendidikan, PDIP unggul untuk pemilih pendidikan rendah dan SLTP, dan kalah dari Partai Demokrat untuk pemilih tingkat SMU dan perguruan tinggi.
Denny menyebutkan ada 3 alasan yang membuat PDIP unggul kembali sebagaimana tergambar berdasarkan hasil survei tersebut. Pertama, publik kecewa dengan situasi ekonomi nasional saat ini, yakni 54,3 persen menyatakan kondisi perekonomian tidak baik. Ketidakpuasan itu mudah sekali diterjemahkan kepada partai pendukung pemerintah.
Kedua, PDIP secara konsisten menjadi partai oposisi. Sikap oposisi itu bukan dalam rangka tawar-menawar untuk mendapatkan pembagian kekuasaan, tetapi dipengaruhi hubungan pribadi antara Megawati Soekarnoputri dan Presiden dan Wapres. Sikap oposisi itu menguntungkan PDIP di saat masyarakat kecewa terhadap kinerja pemerintahan.
Ketiga, inovasi PDIP membentuk Ormas Islam sebagai sayap resmi PDIP. Sejak Ormas itu dibentuk, PDIP terkesan sebagai partai yang memberi perhatian kepada komunitas Islam.
Survei itu menunjukkan bahwa partai papan atas (dukungan di atas 15 persen) dikuasai partai yang tidak berbasis agama, sedang papan bernuansa agama berada di papan tengah yang dukungannya berkisar 3- 15 persen. "Sekali lagi ini menguatkan sinyalemen orientasi politik kaum Muslim Indonesia. Sungguhpun secara ritual mereka Muslim, namun secara politik mereka lebih nyaman dengan partai yang tidak berbasis agama," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun partai baru yang mendapatkan dukungan di atas 1 persen. Partai-partai baru itu adalah PDP, Hanura, PKNU, PMB, PKNRI, Partai Republiku, dan PSN.
Menurutnya, bertahan tidaknya posisi PDIP sebagai partai utama sampai 2009 tergantung atas kinerja pemerintah dan kapabilitas PDIP sendiri.
© Copyright 2024, All Rights Reserved