Senior Expatriate Tech Cooperation ASPAC-FA0, Ratno Soetjiptadie pesimis Indonesia mampu menjadi lumbung padi dunia pada tahun 2045 jika pembaharuan pengelolaan sektor pertanian tak ada perubahan. Indek pengetahuan petani Indonesia, masih yang terendah di ASEAN.
Pendapat itu disampaikan Alumni IPB itu dalam diskusi bertema “Produktivitas Padi Versus Importasi Beras, Ada Apa?” di Jakarta, Senin (09/07). Sikap Ratno ini, berbanding terbalik dengan yang disampaikan Representatif FAO untuk Indonesia dan Timor Leste yang baru, Stephen Rudgard, saat berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu. Saat itu, Stephen memberikan apresiasi terhadap kemajuan dan keberhasilan sektor pertanian di Indonesia.
Ratno mengatakan, sebenarnya banyak persoalan yang dihadapi pada sektor pertanian Indonesia. Di antaranya, tata kelola air yang masih buruk, tingkat pendidikan petani yang rendah, kelola sawah masih dengan cara konvensional, petani bekerja sendiri-sendiri dan lahan yang terbatas.
“Sehingga, pada tahun 2045, Indonesia tidak mungkin jadi lumbung pangan dunia, jika pengelolaannya seperti cara yang sekarang. Apalagi, ke depan masih banyak masalah yang harus dipecahkan. Bahkan, hingga saat ini, Indonesia belum cukup pangan dan masih bergantung pada negara lain alias impor,” terangnya kepada politikindonesia.com.
Dia mengatakan, jika dibandingkan dengan negara Asean, Indeks pengetahuan petani Indonesia terendah dengan angka indeks hanya 2. Sedangkan, petani Thailand 7 dan Vietnam 6. Hal itu terjadi lantaran masih banyak petani Indonesia yang tidak mengetahui cara mengukur PH tanah. Selain itu, cara memilih benih juga hanya ikut-ikutan petani lainnya.
“Sehingga mereka tidak mengerti apabila dilanda kekeringan dan tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, mereka pun meninggalkan pekerjaan mereka sebagai petani. Pindak ke kota dan mencari pekerjaan lain. Kalau semua petani seperti itu, lalu nantinya siapa yang akan memberi makan 250 juta penduduk Indonesia?,” katanya.
Jadi solusinya, lanjut Ratno, dalam membangun pertanian harus berkelanjutan, tidak bisa hanya 5 tahun. Kemudian, ganti pemerintahan, lalu ganti kebijakan. Padahal yang bisa menyelematkan negara ini adalah sektor pertanian dan perikanan.
“Ketersediaan tenaga kerja di lahan persawahan yang semakin menurun, ditandai oleh migrasi tenaga kerja ke sektor lain, persawahan bukan sebagai sektor yang menarik untuk bekerja. Sehingga sektor pertanian tidak lagi menjadi sesuatu yang atraktif bagi banyak sarjana dan doktor pertanian di Indonesia,” ungkapnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved