Presiden Rusia, Vladimir Putin, Selasa (18/03), menandatangani traktat untuk menerima Crimea menjadi wilayahnya. Dengan begitu, Crimea resmi menjadi bagian Federasi Rusia, menyusul hasil referendum yang menunjukkan sebagian besar warga semenanjung itu menginginkan kembali menjadi wilayah Rusia.
Putin menandatangani naskah traktat itu bersama Perdana Menteri Crimea dan ketua parlemen Rusia. Sebelumnya, Putin menyampaikan pidato kenegaraan yang diwarnai tepuk tangan meriah anggota parlemen Rusia.
Dalam pidatonya, Putin menekankan bahwa hasil referendum Crimea yang menunjukkan 96 persen warga wilayah itu ingin bergabung dengan Rusia membuat hasil referendum itu tak bisa diragukan lagi.
Putin mengatakan secara sejarah, kebudayaan, keagamaan, dan spiritual, Crimea terikat dengan Rusia, Ukraina, dan Belarus. Hal itu menunjukkan sikap Rusia terhadap semenanjung itu.
Putin menambahkan, Crimea memiliki catatan kelam dalam sejarah masa lampaunya, khususnya diskriminasi terhadap etnis Tatar Crimea dan etnis minoritas lainnya. "Pemerintah Crimea mencari cara untuk mengobati luka itu. Salah satunya adalah menerima bahasa Tatar Crimea sebagai bahasa resmi bersama bahasa Rusia dan Ukraina," ujar Putin.
Dalam pidato itu, Putin juga mengecam kebijakan mantan pemimpin Uni Soviet Nikita Kruschev. Sebab, di masa pemerintahan Kruschev, Crimea dihadiahkan kepada Ukraina tanpa persetujuan rakyat Crimea. "Perpisahan Crimea dari Rusia kembali terjadi setelah bubarnya Uni Soviet. Ini juga menjadi kesalahan Moskwa," tambah Putin.
Rusia, lanjut dia, menghormati hasil dari pecahnya Uni Soviet, termasuk fakta Crimea menjadi wilayah Ukraina saat itu. Putin menegaskan, masalah Crimea ini tidak akan mengganggu hubungan Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung lama. "Rusia memandang hubungan dengan Ukraina adalah hal yang terpenting," ujar Putin.
© Copyright 2024, All Rights Reserved