Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima Penghargaan Kenegarawanan Global atau Global Statesmanship Award dari World Economic Forum (WEF). Penghargaan tersebut diserahkan oleh pendiri dan CEO WEF Klaus Schwab di Hotel Shangri-La, Manila, Filipina, Jumat (23/05).
Global Statesmanship Award tersebut diberikan atas peran dan kontribusi Presiden SBY terhadap kemajuan ekonomi Indonesia, khususnya di bidang ekonomi dan pembangunan. WEF juga mengapresiasi naiknya peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Index dari peringkat 50 pada tahun 2012 menjadi peringkat 38 pada tahun 2013.
“Saya merasa terhormat dengan penghargaan ini, dan dengan rendah hati saya menerimanya atas nama rakyat Indonesia yang terus menginspirasi dan menyemangati saya setiap hari," ujar SBY dalam sambutannya.
SBY mengaku sedikit gugup karena penghargaan ini juga menambah lebih banyak tekanan kepadanya. Presiden berharap masyarakat tidak lantas memintanya membangun perdamaian dunia dalam sepekan. Namun, Presiden bangga atas apa yang telah dicapai Indonesia sekarang ini. “Saya juga menyadari bahwa sejarah pada akhirnya akan menilai masa kepresidenan saya dengan baik setelah saya meninggalkan kantor pada Oktober tahun ini," ujar SBY.
Menurut Presiden SBY, di tengah dunia yang bergolak yang ditandai dengan gejolak politik, ketidakpastian ekonomi, dan ketegangan strategis, Indonesia memang memiliki cerita yang bagus dibagikan, yang mungkin bisa menginspirasi orang lain.
Indonesia adalah negara berkembang yang maju pesat, dan merupakan anggota G-20. Indonesia, lanjut Presiden SBY, telah mencapai titik no return dalam pembangunan demokrasi. Indonesia telah membuktikan bahwa kita tidak harus memilih antara demokrasi dan pembangunan. Tapi kita bisa memiliki keduanya, kebebasan politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, secara bersamaan.
“Kami telah mencapai koneksi yang sering sulit dipahami antara demokrasi dan stabilitas. Kami telah mematahkan mitos, atau rasa takut, bahwa demokrasi akan memudarkan persatuan nasional. Sebaliknya, demokrasi telah membuat kami lebih bersatu. Kami telah menjadi contoh bahwa demokrasi, Islam, modernitas dapat bergandengan tangan," ujar Kepala Negara.
Hebatnya, Indonesia bisa mencapai semua itu dalam waktu yang relatif singkat, yakni sekitar 4 sampai 5 tahun sejak reformasi dimulai pada tahun 1998 lalu. Ini tentu sebuah prestasi bersejarah yang bisa dibanggakan. Kondisi ini memungkinkan Indonesia untuk memainkan peran regional dan global yang lebih aktif.
Memang ada pandangan skeptis yang menyebut bahwa situasinya begitu kompleks dan tidak banyak sebenarnya peran pemimpin. Mereka menyebut pemimpin tidak penting, dan bahwa mereka tidak membuat perbedaan apapun.
Presiden SBY berpandangan sebaliknya. Kepemimpinan sepenuhnya penting untuk membawa kemajuan. "Dan ketika saya mengatakan kepemimpinan, saya tidak mengacu pada satu orang. Saya mengacu pada daftar panjang orang yang memiliki keberanian dan kreativitas untuk membuat perbedaan bagi komunitas mereka," Presiden SBY menjelaskan.
WEF sebenarnya merencanakan menyerahkan Global Statesmanship Award ini kepada Presiden SBY pada pertemuan WEF di Davos, Swiss, Januari lalu. Namun Presiden SBY berhalangan hadir. Selain SBY, 2 penerima penghargaan sebelumnya adalah Presiden Brazil Lula da Silva (2010) dan Presiden Meksiko Felipe Calderon (2012).
Acara penyerahan Penghargaan Kenegarawanan Global ini dilakukan dalam acara makan siang peserta WEF on East Asia. Hadir sejumlah pimpinan perusahaan ternama dunia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved