Sejak reformasi mengglinding hingga kini, Tentara Nasional Indonesia seperti terkena tudingan tiada akhir. Beragam hujatan dan umpatan ditujukan kepada institusi yang paling utama dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Yang terkini, TNI terkena tudingan terlibat pembunuhan dua warga Amerika Serikat di Timika, 31 Agustus 2002. Soal yang satu ini sempat jadi bahan rapat serius di Kantor Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.
Tak kurang dari Presiden AS George Bush meluangkan waktu mengangkat gagang telpon kepada Presiden Megawati Soekarnoputri mengenai kasus Agustus ini. Bush jelas akan dituntut rakyatnya untuk mengambil keputusan keras jika tuduhan tersebut benar adanya. Terutama jika kegiatan pembunuhan itu benar-benar merupakan bagian dari operasi intelijen militer yang direstui pimpinan tinggi TNI, seperti yang dilansir harian {Washington Post.}
Apa komentar Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto? {“Kalau saya terlibat, tembak saja.”} Bahkan, karena tidak bisa menerima apa yang dilansir {Washington Post}, Jendral Tarto, begitu sapaan akrabnya, sudah melayangkan gugatan ke harian terbesar di Washington, DC itu. Jenderal Tarto yakin betul bahwa aparatnya tidak bersalah dan hanya jadi korban fitnah.
Memang, stigma buruk yang dilekatkan beragam pihak terhadap TNI tidak hanya bisa dihapus dalam sekejap. Kegiatan bumi hangus di Timor Timur, keterlibatan dalam penculikan aktivis mahasiswa, pembunuhan Theys di Papua, dan deretan kasus pelanggaran hak asasi manusia lainnya telah membuat kredibilitas TNI terpuruk.
Lantas apa yang perlu kita perbuat? Jika TNI yakin anggotanya tak terlibat soal pembunuhan di Timika, jelas ini sebuah celah yang sepantasnya digunakan guna memperbaiki citra TNI.
Kemudian, perlu dengan segera dibentuk Tim Investigasi yang independent dan kredibel. Siapa orang yang memimpin? I Made Mangku Pastika. Pasalnya, selain Mangku ketika peristiwa itu terjadi menjabat sebagai Kapolda Papua, putera Bali ini merupakan sosok yang paling sudah dikenal kekukuhan sikapnya oleh dunia Barat. Dan ada baiknya, aparat penegak hukum dari AS diajak turut serta.
Setelah itu, perlu dilakukan penjelasan yang transparan atas semua proses investigasi yang dilakukan. Soalnya, tuduhan keterlibatan TNI dalam kasus Timika, konon sudah menjadi berkas resmi polisi.
Tim investigasi TNI yang dikirim ke lapangan, katanya bukan berkonsentrasi pada pengungkapan kasus ini agar menjadi lebih jelas. Itulah yang menjadi salah satu cirinya kerja Tim Investigasi selama ini. Sepatutnya, koordinasi kerja Tim Investigasi merupakan sebuah kesatuan yang bekerja secara professional. Beranikah pemerintah melakukannya?
© Copyright 2024, All Rights Reserved