Produksi sawit tahun depan ada kemungkinan turun. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) khawatir terhadap pemenuhan kebutuhan sawit di tahun depan. Dengan panjangnya El Nino tahun ini dikhawatirkan akan menurunkan produksi sawit di tahun depan.
"Saya khawatir produksi turun demand naik," kata Ketua Bidang Tata Ruang dan Agraria GAPKI Eddy Martono di Jakarta, Rabu (02/12).
Padahal, kata Eddy, setiap tahunnya sawit mampu menyumbangkan devisa negara sekitar Rp200 triliun hingga Rp300 triliun dari hasil ekspornya. Hal ini belum lagi ditambah dengan adanya permintaan dalam negeri untuk bahan baku biodiesel di tahun depan.
Eddy memprediksikan akan ada alokasi sekitar 5,5 juta ton hingga 7 juta ton untuk produksi sawit dalam negeri. Jumlah permintaan ini akan bergantung pada jenis biodiesel yang akan diproduksi apakah B15 atau B20. Untuk B15 sendiri akan membutuhkan 5,5 juta ton, sementara untuk B20 adalah 7 juta ton.
Ditambah dengan produksi sawit untuk keperluan lain seperti kosmetik, dan minyak nabati yang permintaannya sekitar 7 juta ton.
"Kalau biodiesel 6 juta ton, mungkin sekitar 13 juta ton untuk permintaan dalam negeri," kata Eddy.
Eddy menjelaskan, sisa dari hasil produksi sawit ini nanti akan diekspor. Tahun lalu saja jumlah muatan yang diekspor mencapai 23 juta ton.
Perkebunan sawit di Indonesia sudah dibudidayakan selama 100 tahun lebih. Luas perkebunan sawit berdasarkan data direktorat jenderal perkebunan mencapai 10,9 juta ha.
Dari jumlah itu, sekitar 42 persen yakni 4,5 juta merupakan milik petani dan sisanya 6,4 juta atau 58 persen milik swasta baik itu dalam dan luar negeri serta BUMN.
© Copyright 2024, All Rights Reserved