Fenomena derasnya arus dana asing yang masuk ke Indonesia perlu terus diamati dan diwaspadai serta dikelola agar bermanfaat bagi perekonomian nasional. Jika dicermati derasnya modal asing saat ini kasusnya hampir serupa dengan kondisi saat terjadi krisis ekonomi 1997.
Walau fundamental ekonomi nasional saat ini sudah jauh berbeda dengan kondisi 1997 lalu, namun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar menteri-menteri ekonominya mengawasi dengan hati-hati perkembangan ini.
"Presiden meminta semua mengikutinya dan mengelola dengan baik, agar “{capital inflow}” ini membuat ekonomi lebih berkembang lagi terutama di sektor riil," kata Juru Bicara Kepresidenan, Andi Malarangeng, di Jakarta, Senin (14/5).
Menurut Andi, Presiden telah meminta Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk mengamati terus dana asing yang masuk tersebut dengan terus berupaya memperkuat fundamental ekonomi.
Dikatakan Andi, dari pernyataan Menko Perekonomian Boediono, Menkeu Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah fundamental ekonomi nasional saat ini jauh berbeda.
"Fundamental ekonomi kita lebih kuat dilihat dari indikator seperti cadangan devisa, nilai ekspor, nilai tukar rupiah, rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa dan pertumbuhan ekonomi juga bagus. Kita juga sudah belajar banyak dari pengalaman krisis," kata Andi.
Presiden juga menyatakan bahwa kondisi sekarang ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan akan menjadi krisis ekonomi karena kondisi ekonomi nasional yang lebih kuat dengan manajemen ekonomi yang lebih baik.
Sebelumnya, Menkeu menyatakan bahwa terus menguatnya nilai tukar rupiah dan indeks harga saham merupakan indikasi derasnya arus dana asing ke Indonesia yang harus diwaspadai, karena serupa dengan kondisi sebelum krisis ekonomi 1997.
© Copyright 2024, All Rights Reserved