Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjawab kritik yang menganggap dirinya pemimpin yang penakut, tidak tegas, dan peragu. Awalnya SBY mengaku bisa menerima kritik tersebut. Tetapi, jika kritik itu dinilai berlebihan, presiden merasa perlu memberikan penjelasan.
"Kalau kritiknya baik, tentu saya dengar. Tapi, kalau bukan itu yang dikehendaki, saya harus jelaskan," kata Presiden saat bersilaturahmi di Majelis Taklim Alhabib Ali Alhabsyi di Islamic Center Indonesia, Kwitang, Jakarta, Minggu (22/4).
Dalam forum itu Presiden Susilo memberikan sambutan yang intinya tentang watak dan karakter bangsa. Ada tiga watak bangsa yang diharapkan. Yakni, berakhlak baik dan berkepribadian tangguh; berpikir sehat, rasional, berilmu, dan mengamalkan ilmunya; rukun dan bekerja bersama menuju hari esok yang lebih baik.
Saat menjelaskan ketiga hal itu, tiba-tiba SBY menyinggung kritik terhadap kepemimpinannya. "Saya memang takut," kata presiden. Setelah diam beberapa saat, dia melanjutkan. "Saya takut kepada Allah SWT. Saya takut mengambil keputusan yang tidak adil sehingga melanggar ketentuan Allah. Saya juga takut melanggar konstitusi, UUD 1945, dan ketentuan lain," tegas Presiden Susilo.
Selanjutnya, SBY menyatakan bahwa pemimpin tidak boleh melanggar aturan. "Salah juga kalau dikatakan negara adalah saya. Banyak pemimpin yang menjadi tiran, diktator, serta fasis karena menjadikan negara miliknya," kata Presiden lebih jauh.
Ribuan jamaah yang memadati Islamic Center pun sempat tercengang sesaat mendengar penuturan SBY tersebut. "Saya juga takut membuat katebelece yang menghasilkan KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) baru," terang SBY dan disambut tepuk tangan jamaah.
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu menolak dikatakan penakut, ragu-ragu, dan tidak tegas untuk proses hukum dan perbaikan ekonomi. "Tapi, saya tidak pernah takut menindak koruptor. Ini perjuangan keadilan. Tidak ada keragu-raguan itu. Saya juga tidak takut melunasi utang kepada IMF karena saya tahu ini untuk kepentingan rakyat," kata SBY.
Masih banyak lagi ketidaktakutan yang disebutkan SBY. "Saya juga tidak pernah melindungi siapa pun pejabat yang melanggar hukum. Saya juga tidak ragu-ragu meningkatkan anggaran lebih untuk pendidikan, kesehatan, usaha kecil menengah, dan kesejahteraan rakyat," katanya.
Presien Susilo Bambang Yudhoyono tercatat telah enam kali mendatangi pengajian di Majelis Taklim Alhabib Ali Alhabsyi tersebut. Mulai saat masih aktif di TNI, menjadi Menko Polkam, calon presiden, hingga presiden. Biasanya menjelang momen tertentu SBY datang ke pengajian tersebut. Mungkin karena menjelang pengumuman reshuffle kabinet, SBY merasa perlu mendatangi jamaah dan para ulama di sana.
Sebelumnya, SBY mendapat tausiyah dari dua ulama, yakni Abdurrahman Alhabsyi dan Maulana Kamal. Usai acara, SBY yang didampingi Ani Yudhoyono sempat menyantap nasi kebuli bersama-sama dengan jamaah.
Dalam kesempatan tersebut SBY yang didampingi Dirjen Bimas Islam Depag Nazaruddin Umar juga berziarah ke makam Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Halhabsyi yang wafat pada 13 Oktober 1968. Ali bin Abdurrahman adalah pendiri Majelis Taklim Alhabib Ali Alhabsyi. Di sana juga terdapat dua makam lain, yakni makam Syarifah Nimah bin Abdurrahman dan Muhammad bin Ali bin Abdurrahman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved