Pemimpin partai anti-Uni Eropa, UK Independence Party (UKIP), Nigel Farage, mengundurkan diri setelah merealisasikan ambisinya memenangkan kubu British Exit (Brexit) pada referendum 23 Juni lalu.
"Saya tidak pernah, dan tidak akan pernah ingin menjadi seorang politisi karir. Tujuan saya berada dalam politik adalah untuk menjadikan Inggris keluar dari Uni Eropa. Jadi saya merasa, sudah tepat jika saya sekarang berada di luar pimpinan UKIP," kata Farage dikutip Reuters, Senin (04/07).
Farage menjadi orang kedua yang mengundurkan diri dari pimpinan partai, setelah hasil referendum menetapkan Inggris Raya keluar dari Uni Eropa.
Sebelumnya, Perdana Menteri David Cameron menyatakan akan mundur pada Oktober mendatang setelah kekalahan kubu anti Brexit.
Cameron dari Partai Konservatif merupakan pejabat yang mendukung Inggris tetap tinggal di Uni Eropa.
Menurut Farage dirinya hanya mengingingkan negaranya (Inggris) seperti sedia kala tanpa ikut dengan masyarakat Eropa.
"Apa yang saya katakan selama kampanye referendum adalah ingin negara saya kembali. Seperti yang saya katakan, hari ini, saya ingin hidup saya kembali. Dan itu tepat dimulai sekarang," ungkap Farage.
Meski mundur, Farage masih menjadi anggota di Parlemen Eropa. Farage masih punya kekuatan untuk mengawal perdana menteri terpilih nantinya supaya memastikan Inggris keluar dari pasar tunggal dan mengurangi imigran. "Kami membutuhkan perdana menteri yang mengakui bahwa kita punya kartu truf,” kata Farage.
Ini adalah kedua kalinya Farage mengundurkan diri hanya dalam waktu setahun. Sebelumnya dia sempat menyatakan berhenti pada Mei 2015 ketika gagal terpilih di Parlemen. Meski kemudian mencabut kembali keputusannya tiga hari berselang.
"Tapi, kali ini, saya tidak akan mengubah keputusan saya lagi. Saya berani berjanji," kata Farage.
© Copyright 2024, All Rights Reserved