Sejumlah petani kakao dari Sulawesi, Jawa Timur (Jatim) dan Bali mengeluhkan rendahnya harga kakao di tingkat petani saat ini. Para petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebijakna penjaminan harga kakao.
Ketua Umum APKAI Arif Zamroni mengatakan, saat ini harga kakao di tingkat petani yang berkisar Rp22.000 hingga Rp25.000 per kilogram (kg). Padahal, harga kakao di pasar global mencapai Rp36.000 per kg.
“Perbedaan harga yang terlalu jauh itu membuat petani tidak semangat melakukan fermentasi kakao. Sehingga kami menuntut pemerintah untuk mendukung petani agar perbedaan antara harga kakao fermentasi dengan kakao basah hanya lebih dari Rp3.000 per kg," kata Arif Zamroni kepada politikindonesia.com di Jakarta, Kamis (04/02).
Menurutnya, hingga saat ini perbedaan harga kakao hasil fermentasi dan kakao basah memang tidak jelas. Bahkan sering kali, harganya ditentukan sendiri oleh tengkulak. Maka kerap perbedaan harga hanya Rp1.000 - Rp2.000 per kg. Hal itu tercermin dari rendahnya harga kakao di tingkat petani dibandingkan harga kakao global.
"Apalagi setelah diberlakukannya Permentan Nomor 67 Tahun 2014 yang mensyaratkan kakao wajib fermentasi semakin memberatkan petani. Rencananya Permentan ini akan mulai berlaku pada bulan Mei 2016 ini. Jadi wajar saja kalau petani mengeluhkan perbedaan antara harga kakao non fermentasi dan kakao fermentasi sangat tipis," ujarnya.
Arif mengatakan, dengan keuntungan yang sedikit, petani masih tidak mau melakukan proses fermentasi. Atas dasar itulah seharusnya secara ideal selisih harga kakao asalan dan fermentasi harus di atas Rp5.000 per kg. Saat ini harga biji kakao asalan misalnya, mencapai Rp32.000 per kg, sementara biji fermentasi dihargai Rp35.000 per kg.
"Padahal sekitar 90 persen perkebunan kakao milik rakyat di Jatim menggunakan benih yang asal-asalan. Sehingga membuat produktivitas menjadi rendah. Kami berharap peraturan yang berlaku pada Mei 2016 itu mampu memperbaiki kualitas biji kakao agar bisa bersaing di pasar global," tutur Arif yang juga petani kakao asal Jatim ini.
Dijelaskan, hingga saat ini sebenarnya kakao merupakan komoditas andalan setelah kelapa sawit dan karet alam. Bahkan dari tiga komoditas andalan perkebun itu, hanya kakao yang harganya relatif stabil dari guncangan krisis ekonomi global. Oleh sebab itu, petani kakao menuntut pemerintah untuk mengeluarkan sertifikasi kakao fermentasi.
"Sertifikat tersebut langsung dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah dan bukan oleh perusahaan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupun negara lain. Sayangnya, kerap sertifikasi itu hanya berlaku di perusahaan atau negara tertentu saja. Sehingga harga kakao sulit naik karena mereka menentukan sendiri harganya," imbuhnya.
Untuk mencapai itu, Arif mendesak pemerintah memberikan perlindungan bagi kelangsungan kelembagaan petani. Sebab selama ini, setiap produk kakao yang dijual ke kelompok tani, harganya bisa bersaing dan fermentasinya terjamin. Karena itu, ada upaya dari pihak luar yang ingin memecah-mecahkan kelembagaan petani agar lemah dan para petani kakao menjual kakao mereka sendiri-sendiri.
"Dampaknya para petani tidak memiliki daya tawar di hadapan pembeli. Oleh karena itu kami menolak segala penjualan kakao kalau tidak melibatkan kelompok tani. Sehingga kedepan petani kakao akan lebih mandiri dan bermartabat," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Kakao Fermentasi Indonesia Syamsuddin Said membantah kalau selisih harga kakao fermentasi sangat tipis dengan kakao basah. Menurutnya, ada selisih harga kakao fermentasi dengan kakao basah sekitar Rp2.000 per kg sampai Rp3.000 per kg. Selain itu, harga kakao di tingkat petani sebenarnya sudah tinggi dengan rata-rata Rp30.000 per kg yang non fermentasi.
"Harga tersebut akan naik bila difermatasi bisa mencapai sekitar Rp33.000 per kg dan mendekati harga kakao internasional. Makanya, harus segera dibenahi produksi petani kakao dalam negeri agar terus meningkat. Sebab selama ini ada keengganan di kalangan petani memfermentasi kakao milik mereka karena volumenya sedikit," katanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved