Langkah Presiden Megawati Soekarnoputri, yang hingga pergantian Kepala Staf TNI Angkatan Udara-KSAU dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut-KSAL (Kamis 25/04), belum juga menyerahkan nama calon Panglima TNI pengganti Widodo AS dan juga mengganti KSAD, ditafsirkan berbagai kelompok kepentingan (diluar kepentingan TNI) dengan beragam makna. Ada apa?
Interpretasi pertama mengatakan, belum digantinya KSAD disebabkan Jenderal TNI Endriartono Sutarto menolak penggantian dirinya, seperti yang disampaikannya kepada Panglima TNI Widodo. Spekulasi ini berkembang biak bak kecambah di musim hujan yang disebarkan melalui SMS.
Disini, diungkapkan Megawati tidak menyetujui Sutarto untuk menggantikan posisi Widodo. Alasannya, KSAD ini telah melakukan pembangkangan terhadap perintah atasannya, Presiden Gus Dur. Akibatnya Megawati gamang untuk mendudukkan Sutarto pada pos Panglima TNI.
Kemudian, interpretasi kedua mengungkapkan, Megawati sengaja menggantung penggantian KSAD dan Panglima TNI karena dirinya harus mendapat keyakinan bahwa TNI sudah bisa “dikuasai” secara utuh. Sebab, kepolisian sudah didalam genggamannya. Bila institusi TNI dan Kepolisian sudah solid dibawah komando dirinya, maka kelanggengan kekuasaannya bisa mendapat jaminan.
Nah, dari kedua interpretasi yang dikembangkan diatas, bila dilihat secara jernih, target dari pengembangan isu tersebut adalah ingin menciptakan gesekan tajam antara Presiden Megawati dengan jajaran TNI. Utamanya para petinggi TNI. Disamping melahirkan gesekan-gesekan secara personal, diantara sesama jenderal, khususnya di dalam TNI-AD.
Bila demikian, akan sampai sejauhmana kelompok kepentingan ini bermain? Sampai kepentingannya tercapai: Sebagai target utama, tentu mendudukkan tokoh mereka pada posisi Panglima TNI dan KSAD. Dan target antaranya adalah menciptakan gesekan selingkuh diantara sesama jendral yang memiliki peluang untuk menduduki dua posisi strategis tersebut, serta menimbulkan stigma lemahnya Presiden Megawati dalam mengambil sikap terhadap TNI.
Menurut kajian politikindonesia.com bersama {Pusat Kajian Politik dan Militer} (PKPM), terhambatnya penggantian Panglima TNI dan KSAD lebih disebabkan adanya aspirasi kelompok kepentingan yang memainkan beragam manuver internal di TNI-AD dan melibatkan juga sektor eksternal. Nah, aspirasi dan kehendak yang dipaksakan untuk memasuki wilayah kepresidenan ini disambut secara bijak oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Akibat sikap akomodatif Megawati, kemudian disambut oleh kelompok kepentingan ini dengan menyebarkan tafsir yang beragam ke masyarakat luas, bahkan cenderung melakukan upaya “pembunuhan karakter” terhadap calon KSAD dan Panglima TNI. Nah, ini semuanya sangat disadari oleh Megawati Soekanoputri, karena itu keputusan tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Lantas, kapan sikap itu akan diambil Presidedn Megawati Soekarnoputri? Setelah masa reses DPR RI selesai. Artinya, setelah tanggal 5 Mei 2002 dipastikan nama calon panglima TNI akan masuk di meja wakil rakyat untuk disetujui menggantikan Widodo AS. Setelah itu, jabatan KSAD akan segera diserahterimakan.
Siapakah mereka? Berdasarkan kajian PKPM dan politikindonesia.com yang ditisik dari sisi angkatan, sikap profesional, sikap komando, karakter kepemimpinan, dan perkembangan TNI di era demokrasi, maka didapatkan satu nama untuk menduduki jabatan Panglima TNI, yaitu Jendral TNI Endriartono Sutarto. Sementara yang akan mengemban tugas komando tertinggi di TNI-AD adalah Mayor Jendral TNI Ryamizard Ryacudu. Tak percaya? Tunggu saja tanggal mainnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved