Perubahan sosial yang berlangsung di Indonesia, cenderung mengarah pada hal yang tidak baik. Saat ini, terjadi ketegangan antar generasi yang menyebabkan ketidakjelasan ukuran etis tentang yang baik dan yang buruk. Sehingga kenakalan remaja di Indonesia pun semakin meningkat. Tak hanya itu, perilaku menyimpang dan berbagai bentuk kriminalitas semakin meluas.
Demikianlah dikatakan Praktisi Pendidikan Keluarga, Melly Kiong kepada politikindonesia.com dalam diskusi panel serial ke-14 Yayasan Suluh Nuswantara Bhakti (YSNB) dengan tema "Penanaman Nilai Keindonesiaan" di Jakarta, Minggu (03/10).
Menurutnya, perubahan sosial dapat dimulai dari keluarga. Sebab pembentukan karakter anak dimulai dari rumah, lingkungan sekitar dan orang-orang yang selalu bersama dengan anak-anak. Orangtua sangat memiliki peran besar untuk mengasuh anak-anaknya agar bertumbuh menjadi pribadi-unggul dan bisa dibanggakan.
"Maka, apabila terjadi perubahan sosial yang mengarah pada hal-hal yang buruk, orangtua perlu mendapat pendidikan pengasuhan yang benar. Perlu ada pendidikan anak bagi orangtua, khususnya bagi ibu-ibu yang ada di rumah maupun yang ada di ranah publik," ungkapnya.
Dijelaskan, ibu sangat berperan dalam mendidik dan mengasuh anak-anak. Sebab ibu merupakan agent of change utama keluarga. Sayangnya, pendidikan bagi orangtua di Indonesia belum ada. Karena itu pendidikan anak bagi orangtua harus digalakkan oleh pemerintah di Indonesia.
"Siapa bilang, ibu bekerja tidak bisa mendidik anak dengan bahagia. Karena mendidik anak itu sangat sederhana dan orangtua sangat butuh kreatifitas untuk mendidik anak. Namun tak jarang orangtua yang mau belajar dari anak-anak," ujarnya.
Sementara itu, Med–Praktisi Pendidikan Formal dan Informal, Teriska Rahardjo menambahkan, pendidikan merupakan kunci utama guna menumbuh-kembangkan karakter anak bangsa menjadi lebih baik. Sehingga ketegangan antar generasi dan kerancuan nilai, menjadi tidak ada. Namun pendidikan tersebut, harus dilakukan secara terus menerus agar cepat terinternalisasi.
"Tentunya semua itu memerlukan konsistensi peran pemerintah dalam melaksanakannya. Karena keberhasilan pelaksanaan internalisasi pendidikan karakter dan nilai-nilai kebangsaan melalui sistem pendidikan di Indonesia akan tergantung kepada masyarakat pemakai output sekolah formal, non formal maupun informal," ucapnya.
Diungkapkan, dalam pendidikan diperlukan inovasi yang terus menerus terhadap kurikulum, kebiasaan yang baik pada kultur sekolah dan prilaku guru. Sehingga dalam pendidikan luar sekolah bisa ditekankan penguasaan teknis pada keterampilan. Sehingga anak-anak mampu menerapkan keterampilan itu dengan bijak di lingkungan sekitar.
"Kita sebagai orangtua selalu menuntut lingkungan anak yang baik. Sehingga kita bisa mengajarkan sesuatu kepada anak yang baik pula. Maka kita sebagai orangtua juga harus mampu menciptakan lingkungan yang baik itu. Karena lingkungan yang lalui anak-anak belum tentu menanamkan nilai-nilai kebangsaan seperti yang kita harapkan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Praktisi Neuroscience, Taufik Bahaudin mengatakan jika Indonesia pada saat ini perlu membangun shared-meaning dan shared-vision yaitu kesepakatan kesamaan nilai-nilai sebelum melakukan perubahan. Dan, hanya leader yang mampu melakukan perubahan apalagi transformasi. Sebab, kualitas perubahan ditentukan oleh kualitas leadership.
"Karena itu, kini diperlukan need, komitmen spiritual, kerja keras, konsisten, persisten dan kegigihan dari masyarakat untuk mencari leader yang memiliki kualitas leadership. Sehingga perubahan sosial juga mengadopsi adanya kemajemukan kultural masyarakat Indonesia," tegasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved