Bila tak ada aral melintang, 15 Mei 2009, di Bandung, Jawa Barat, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono ? Boediono akan ditasbihkan menjadi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang diusung Partai Demokrat bersama partai politik lain yang menjadi mitra koalisinya.
Sejak meluncurnya nama Boediono sebagai cawapres SBY ke publik, berbagai pandangan pro dan kontra muncul kepermukaan. Bagi yang setuju, secara umum, pendapat yang terlontar dibumbui alasan bahwa pilihan SBY sangat tepat. Mengapa? Biar presiden bisa lebih maksimal menjalankan program kerja pemerintahan. Selain itu, biar presiden tidak terjebak, seperti memelihara anak macan. Dan program pemerintahan kedepan, harus mampu secara maksimal dijalankan oleh presiden dan wakil presiden yang seirama dalam mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Dan pemerintahan ke depan memang harus difokuskan pada sektor peningkatan ekonomi rakyat. Soal politik, merupakan bagian yang menjadi wilayah legislatif. Inilah penjelmaan pasangan Dwi Tunggal, seperti Soekarno ? Hatta dulu.
Bagi yang kontra, Boediono dicap sebagai operator neoliberal, neokapitalis. Padahal Indonesia mengusung dan mengedepankan ekonomi kerakyatan. Juga disebut, Boediono tidak mewakili kemajemukan Indonesia. Tentu saja, tidak ketinggalan bahwa Boediono dituding sebagai perpanjangtanganan pihak asing.
Bila melihat polarisasi pendapat yang kontra, setidaknya ada dua hal yang menjadi intisari pendapat dimaksud. Pertama, Boediono bukan orang yang mewakili partai politik. Kedua, komposisi pasangan SBY-Boediono tidak mencerminkan kemajemukan Indonesia.
Sementara bagi yang pro, lebih melihat Indonesia sebagai sebuah kesatuan, yang tidak perlu disegmentasikan berdasarkan, suku, ras, dan agama. Sebab pandangan yang demikian, merupakan masa lalu Indonesia. Kelompok ini lebih mengedepankan kebutuhan Indonesia di masa mendatang. Selain itu, kelompok ini juga sangat menyadari adanya interest yang tinggi dari para politisi yang hanya mengedepankan kepentingan mereka masing-masing.
Berkaca pada frame yang seperti ini, muncul sebuah pertanyaan, mampukah pasangan SBY-Boediono memenangkan kompetisi di arena Pilpres mendatang?
Sebuah pertanyaan yang terlalu ke depan. Sebuah perkiraan yang terlalu jauh untuk dikalkulasikan. Memang.
Bila merujuk pada fenomena hasil pemilu legislatif yang lalu, keyakinan untuk mengatakan bahwa pasangan SBY-Boediono akan keluar sebagai pemenang dalam arena pilpres, cukup memiliki alasan yang signifikan. Walaupun, gerbang koalisi bersama partai politik yang selama ini dibangun oleh Partai Demokrat tidak sesolid seperti sebelum diluncurkannya nama Boediono sebagai cawapres.
Mengapa? Pertama, kemenangan Partai Demokrat dalam pemilu legislatif, merupakan cerminan kehendak rakyat agar SBY terus melanjutkan kursi kepresidenannya. Rakyat yang memilih Demokrat, lebih banyak yang mencontreng partai, ketimbang nama caleg. Artinya mereka memilih SBY.
Kedua, rakyat sudah menghukum beberapa partai politik, yang selama lima tahun terakhir ini belum bisa mengemban amanat mereka. Fenomena naiknya tingkat golongan putih, melebihi angka kemenangan Demokrat, merupakan sebuah penghukuman rakyat terhadap partai politik.
Merujuk hasil yang dilansir KPU, dari sembilan partai politik yang melenggang ke Senayan, diluar Hanura dan Gerindra, hanya Demokrat dan PKS yang berhasil menambah kepercayaan masyarakat. Sementara terhadap lima partai politik lainnya (Golkar, PDIP,PAN, PKB,PPP), tingkat kepercayaan rakyat menurun.
Ketiga, riak-riak yang ditimbulkan partai politik, pasca munculnya Boediono untuk menjadi cawapres SBY, dilihat rakyat pemilih, lebih bersifat sektoral (dalam arti kepentingan partai politik saja). Bukan kepentingan rakyat pemilih. Jadi, terlepas dari berapa jumlah partai politik yang mendukung pasangan SBY-Boediono, rakyat pemilih kurang begitu peduli. Bagi mereka, ya SBY.
Bahwa kemudian yang timbul pergesekan di legislatif (bila SBY-Boediono tidak didukung 51 persen kursi di parlemen), rakyat pasti akan melakukan suatu tindakan yang cukup berarti. Sepanjang program pemerintahan yang dijalankan memang benar-benar riil untuk kemakmuran bangsa dan negara.
© Copyright 2024, All Rights Reserved