Upaya restrukturisasi utang-utang PT Merpati Nusantara Airline (MNA) adalah upaya terakhir untuk menyelamatkan maskapai penerbangan milik pemerintah tersebut. Jika upaya upaya rektrukturisasi tersebut gagal maka Merpati terpaksa ditutup.
“Merpati ini sedang dimintakan restrukturisasi utang-utangnya, bisa jalan atau tidak. Kalau tidak bisa, ya ditutup saja," ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan kepada pers, usai memimpin Rapat Pimpinan BUMN di kantor Angkasa Pura I Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/05).
Dahlan mengatakan keputusan untuk bisa melakukan restrukturisasi utang-utangnya ini akan dilakukan dalam sepekan ke depan. Restrukturisasi ini adalah keinginan Merpati untuk bisa mengonversi utang perseroan dalam bentuk saham di Merpati.
Cara ini pernah diterapkan di maskapai Garuda Indonesia, yaitu mengonversi utang perseroan dengan saham di Garuda Indonesia. Saat melakukan penawaran saham perdana (IPO), maka saham tersebut bisa dijual dan utang bisa dibayarkan. "Ini kan maunya Merpati seperti itu, dijadikan saham. Tapi kita lihat nanti, kan utang perseroan juga banyak," tambahnya.
Seperti diketahui, Direktur Utama MNA Rudy Setyopurnomo menjelaskan total utang perseroan sebesar Rp5 triliun. "Tahun depan kita akan bayar utang 50 persennya. Dananya dari debt equity swap seperti Garuda. Nanti setelah go public, saham akan dijual," ujar Rudy.
Menurut Rudy, utang perseroan tersebut salah satunya dikontribusikan dari utang ke sejumlah BUMN sebesar Rp2,5 triliun baik ke Bank Mandiri maupun ke PT Angkasa Pura. Utang inilah yang nantinya akan dikonversi menjadi saham.
Kendati demikian, Rudy enggan menjelaskan berapa prosentase saham yang akan diperoleh investor nantinya. Namun dia berjanji utang tersebut akan segera dilunasi setelah penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) yang rencananya akan berlangsung di 2014. "Intinya saya mau bersih-bersih (utangnya)," tandas Rudy.
© Copyright 2024, All Rights Reserved