Pemerintahan Megawati memang tak habis-habisnya dilanda badai kritik. Kali ini kritik pedas dilontarkan lantaran kepergian Presiden Megawati Soekarnoputri ke Eropa dan Afrika, awal pekan ini.
Memang, kepergiaan tersebut bersamaan dengan makin banyaknya tenaga kerja Indonesia (TKI) yang meninggal di Nunukan Kalimantan Tengah. Mega dinilai tak peka dan tak punya prioritas.
“Ini menandakan pemerintahan Mega tidak lagi bisa melihat skala prioritas,” kritik pengamat politik Andi Alfian Mallarangeng. Lawatan Mega itu, kata Andi, amat disayangkan karena seharusnya Presiden lebih mementingkan kondisi warga negaranya yang kini terancam kelaparan di Nunukan.
"Ketika bangsa sendiri yang jadi TKI dan lalu diusir pulang di Nunukan itu meninggal dunia sudah lebih dari enam puluh orang karena penyakit dan sebagainya, Presiden malah pergi ke luar negeri untuk prioritas-prioritas yang tidak utama," kata Malarangeng.
Menurutnya, harusnya Mega mengutus Wapres Hamzah Haz saja untuk lawatan ke Eropa dan Afrika, sedangkan dirinya berkonsentrasi penuh memikirkan nasib rakyatnya yang menjadi TKI dan diusir pulang dari Malaysia.
"Bayangkan saja, Presiden Filipina memperhatikan begitu baik warga negaranya sampai menjemput mereka dan mengupayakan langsung ke pemerintah Malaysia agar menghentikan pemulangan tenaga kerja Filipina dan berhasil. Sementara Indonesia tidak begitu. Buat saya, ini skandal pemerintahan," tegasnya.
Seharusnya, pemerintah sebagai perwujudan negara harus hadir ketika rakyatnya menderita. Dalam kasus Nunukan, lanjut Mallarangeng, seharusnya pemerintah menunjukkan empati misalnya dengan cara memberikan infrastruktur yang signifikan atau fasilitas kesehatan.
"Ini menunjukkan ketidakpekaan. Harusnya ini saatnya pemerintah menunjukkan empati, apakah itu dengan memberi air minum, air bersih atau fasilitas kesehatan. Jadi, negara itu bukan hanya hadir ketika harus narik pajak atau menggusur kaki lima.Disini terlihat kalau negara kita itu tidak adil," tandas Malarangeng.
Senada dengan Andi, pengamat ekonomi menilai Presiden Megawati mengabaikan rakyatnya yang sedang kelaparan dan malah jalan-jalan keluar negeri. Menurut Faisal, Mega tidak memiliki prioritas yang jelas dalam memimpin negara ini.
"Di saat rakyatnya menderita kelaparan, bahkan sampai meninggal, bukannya menengok tetapi malah jalan-jalan ke Afrika Selatan. Padahal kepergiannya ke luar negeri ini tidak tidak membawa perbaikan ekonomi. Tetapi hanya untuk napak tilas bapaknya, Bung Karno," kata Faisal.
Faisal juga menyatakan merasa aneh terhadap sikap Mega ini. "Dan lebih jelek lagi, pimpinan seperti Mega tampaknya akan terpilih kembali sebagai presiden mendatang.
Seperti diketahui, Presiden Megawati Soekarnoputri hari Minggu malam tiba di Pretoria, Ibukota Afrika Selatan (Afsel), untuk menghadiri KTT Pembangunan Berwawasan Lingkungan (KTT Bumi) setelah terbang dari Jakarta selama 12 jam.
Presiden Megawati yang didampingi suaminya Taufik Kiemas, Menko Perekonomian, Dorodjatun Kuntjorojakti, Menteri Sekretaris Negara Bambang Kesowo, serta Menperindag Rini MS Soewandi, meninggalkan Bandara Halim Perdana Kusuma hari Minggu pukul 13:20 WIB.
Pada hari Senin pagi, Kepala Negara RI itu akan menghadiri konperensi puncak yang akan membahas kelangsungan kehidupan manusia di atas bumi tersebut yang akan berlangsung hingga 4 September.
Setelah KTT dibuka secara resmi oleh Presiden Afsel, Tabo Mbeki, Presiden Megawati mendapat kehormatan pertama dari sekitar 150 kepala negara dan kepala pemerintahan peserta KTT untuk menyampaikan pidato yang pertama.
Indonesia mendapat waktu terhormat itu karena konperensi persiapan KTT Bumi diselenggarakan di Bali pada bulan Juli lalu.
Di sela-sela kegiatan presiden pada hari pertama ini, beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Megawati, antara lain Kanselir Jerman, Perdana Menteri Belanda serta Presiden Kroasia.
Megawati yang didampingi Menteri Dorodjatun serta Menteri Rini Soewandi sepanjang hari Senin akan mengikuti sidang pleno, selain akan pula menghadiri makan malam yang diselenggarakan Presiden Mbeki.
© Copyright 2024, All Rights Reserved