Kapal Motor (KM) Citra Indah yang mengangkut 300 ton gula dari Port Klang, Malaysia menuju pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh, tenggelam di perairan Lhokseumawe, Aceh. Dalam insiden itu sebanyak 7 Anak Buah Kapal (ABK) kapal tersebut hilang.
Namun, 2 ABK berhasil diselamatkan oleh nelayan Aceh Utara, sementara kapten kapal diselamatkan oleh kapal tanker dan telah dibawa ke Singapura.
Kepala Search and Rescue (SAR) Aceh, Budiawan, Mengatakan, kapal motor bermuatan gula yang berangkat dari Malaysia menuju Sabang tersebut tenggelam di Selat Malaka, sekira 18 mil dari daratan Lhokseumawe.
“Dua orang berhasil diselamatkan oleh nelayan Aceh Utara, kapten kapal diselamatkan oleh kapal tanker lalu dibawa ke Singapura, sementara tujuh ABK masih hilang,” kata Budiawan, Minggu malam (21/06).
Budiawan menjelaskan, menurut penuturan ABK yang selamat, kapal kayu tersebut berangkat dari Malaysia 13 Juni 2015, namun pada 16 Juni 2015 kapal dihantam badai sehingga bocor dan tenggelam.
Dua ABK yang diselamatkan nelayan Aceh Utara bernama Sabaruddin Manurung (42) dan Feri Andika yang berasal dari Tanjung Balai, Sumatera Utara. Saat ini mereka masih dirawat di Puskesmas Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, sementara kapten kapal bernama Agus Marpaung sekarang berada di Singapura.
Adapun tujuh ABK yang masih hilang adalah Arifin Saputra, Gino, Rudi Ramadhan, Ridwan, Umar, Rozi, dan Marlin yang juga warga Tanjung Balai, Sumatera Utara.
“Hingga saat ini kami masih mencari mereka dengan dibantu polisi dan TNI serta nelayan lokal,” kata Budiawan.
Tim yang melakukan pencarian selain dari TNI dan polisi serta tim dari SAR Aceh, juga tim dari SAR beberapa daerah di pantai timur Aceh. “Sejauh ini belum membuahkan hasil, tapi informasi yang kami terima, ketujuh ABK tersebut mengapungkan diri menggunakan papan,” kata Budiawan.
Panglima Laot Kabupaten Aceh Utara, Ismail mengatakan, nelayan di Aceh Utara sudah mendapat informasi adanya kapal yang tenggelam yang menyebabkan tujuh ABK-nya masih hilang. Bahkan, setelah adanya informasi tersebut, nelayan lokal telah membantu mencari ABK kapal tersebut.
“Sesuai hukum adat laut, nelayan pasti membantu mencari korban sambil mereka melaut. Itu sudah berlangsung sejak lama, meskipun tidak diminta, nelayan pasti akan membantu jika menemukan mereka,” pungkas Ismail.
© Copyright 2024, All Rights Reserved