Calon Presiden Joko Widodo kerap melontarkan pernyataan yang menyerang atau menyindir lawan politiknya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Gubernur DKI Jakarta itu mengaku sengaja melakukan itu agar publik mengetahui perbedaan visi dan misi dirinya dengan lawan politiknya itu.
"Harus agresif," ujar Jokowi ketika ditanya media itu di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (29/05).
Jokowi mengatakan, dia harus mengungkap perbedaan antara pasangan Jokowi-JK dan lawannya Prabowo-Hatta agar masyarakat tahu. "Supaya publik lebih jelas mana bedanya," ujar Jokowi.
Sebelumnya, saat menghadiri Rakernas Nasdem, Jokowi menyindir gaya pakaian putih-putih yang dikenakan pasangan Prabowo-Hatta sebagai follower. “Kemarin, kita pakai putih-putih, eh di sana juga pakai putih. Tren setter-nya kita, sana followernya. Akhirnya kita dan tim memutuskan untuk sesuatu yang berbeda," kata Jokowi.
Pernyataan Jokowi tersebut langsung mendapat respon dari kubu Capres Prabowo Subianto. “Bukan baru kemarin Mas Jokowi. Apalagi dikatakan ikut tren anda untuk Pilpres ini,” ujar Ketua DPP Gerindra, Asrian Mirza.
Asrian mengatakan, baju putih, telah menjadi baju dinas seluruh kader Gerindra sejak didirikan 2008. Seragam putih itu sudah digunakan Gerindra bahkan sejak Jokowi masih di Solo.
Asrian berharap Jokowi berpikir dahulu sebelum mengeluarkan pernyataan. “Dipikir dulu sebelum cuap. Tanya anggota partai Anda yang lain, mungkin lebih paham dan ingat, apalagi kalau dulu 2009, ikut Tim Kampanye Nasional Mega-Prabowo. Kami bergaul selalu memakai uniform wajib kami, dan kami bangga untuk itu, baju putih dan celana panjang krem," ujar Asrian.
Pada bagian lain pernyataannya, juga menyinggung soal kekuatan dana dalam kampanye pilpres. " Kalau di sana kekuatan duitnya lebih banyak, kekuatan partai lebih banyak, kita ini tidak punya. Kita hanya punya relawan banyak sekali, dan tidak ada yang dibayar sama sekali," ujar Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi juga menuding soal bagi-bagi kursi dan jabatan menteri utama. Jokowi menegaskan, koalisi pendukungnya dibangun tidak berdasarkan bagi-bagi kursi. Ia juga membantah pernyataan Ketum PKB Muhaimin Iskandar, salah satu partai pengusungnya, bahwa Menteri Agama mendatang jika dirinya menang, berasal dari kalangan Nahdhatul Ulama.
© Copyright 2024, All Rights Reserved