Gerakan protes yang dilakukan partai oposisi Malaysia terhadap hasil Pemilu ditanggapi pemerintah Malaysia dengan keras. Beberapa tokoh dari Front Oposisi Nasional Pakatan Rakyat ditahan Kepolisian Diraja Malaysia atas tuduhan penghasutan dan ajakan kerusuhan.
Seperti dilansir News Strait Times, kepolisian menggiring Wakil Presiden People Justice Party (PJP) Tian Chua, Kamis (23/05) waktu setempat. Chua diciduk polisi saat berada di Sepang. Dalam pesan dari akun jejaring sosialnya, Chua mengatakan rezim rasisme telah memanfaatkan alat negara dan hukum untuk membungkam reformasi. “Tidak ada diktator yang bisa menekan kehendak rakyat,' kata dia.
Chua menambahkan interogasi terhadap dirinya adalah terkait dengan kampanye perubahan dan reformasi kepada mahasiswa. Rezim menuduhnya melanggar peraturan nasional tentang penghasutan dan ajakan kerusuhan.
News Strait Times melansir bukan cuma Chua yang ditangkap. Aktivis refomasi lainnya seperti Haris Ibrahim juga ditahan lantaran tuduhan serupa. Haris tercatat terlibat dalam aksi demontrasi, 13 Mei lalu. Ia dijemput polisi di wilayah Segambut, bersama seorang mahasiswa bernama Adam Adili Abd Halim.
Penangkapan juga dilakukan terhadap tokoh oposisi lainnya. Putra mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Ghafar Baba, Tamrin Ghafar juga diberitakan ditahan kepolisian lantaran aktivitas anti pemerintah yang dilakukannya.
Kepala Investigasi Kepolisian Malaysia, Ku Chin Wah membenarkan adanya penangkapan dan penahanan terhadap orang-orang tersebut.
Eskalasi politik di Malaysia semakin panas pasca pemilihan umum 5 Mei lalu. Barisan Nasional (BN) berhasil mempertahankan 57 tahun kekuasaannya dan menggenapkan PM Najib untuk kembali berkuasa sampai 2018 mendatang. Namun kemenangan Barisan Nusantara tersebut dituding kelompok oposisi sebagai kecurangan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved