Kementerian Pertanian (Kementan) merilis data angka sementara (Asem) produksi beras pada 2016. Pada tahun ini, Kementan menetapkan sasaran produksi sebesar 76.226.000 ton, naik dari tahun 2015 sebesar 75.361.248 ton. Diperkirakan, untuk tahun ini Indonesia tak perlu melakukan impor beras karena stok produksi terus bertambah.
"Makin banyak produksi, makin bisa untuk menunjang penurunan harga. Makanya kami terus mengenjot produksi, kalau dari target produksi tahun ini terealisasi 80 persen, maka produksi lebih dari cukup untuk minimal tahun 2016," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring kepada politikindonesia.com di Kantornya Jakarta, Rabu (02/03).
Dijelaskan, perkiraan hasil produksi tersebut didasarkan pada luas area tanam di tahun ini sebesar 14.314.742 hektar, naik dari tahun lalu 14.115.475 hektar. Selain itu, dari sisi harga, surplusnya pasokan juga bisa dilihat dari stabilnya harga beras di petani.
"Harga gabah kering panen (GKP), per Februari 2016 di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur harga terendah sebesar Rp3.300 per kilogram (kg). Sedangkan harga tertinggi Rp6.800 per kg di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Apabila dibandingkan dengan kebutuhan dan produksi padi, maka 2016 mampu berswasembada dan surplus berkelanjutan," ungkapnya.
Menurutnya, peningkatan produksi beras tersebut merupakan kegiatan tanam serempak. Selain itu, untuk menggenjot produksi juga dibarengi dengan tidak adanya badai El Nino yang berkepanjangan. Karena akibat El Nino, dampaknya luas biasa bagi produksi padi nasional.
"Untuk target 2016, pastinya masih El Nino. Namun kami berharap El Nino 2016 tidak separah tahun lalu. Sehingga hasil produksi padi kita bisa terus meningkat dan dipastikan tidak akan ada impor dan lainya. Sebab, kita akan punya cadangan beras sendiri. Jadi semua pemenuhan konsumsi masyarakat Indonesia bisa aman," paparnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved