Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengajak kerjasama 7 universitas negeri dan swasta untuk mengembangkan riset tentang satelit dan roket. Riset ini bertujuan untuk mewujudkan mimpi teknologi satelit dan roket yang mandiri tidak lagi bergantung pada negara lain.
Kerjasama itu ditanda-tangani Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, dengan perwakilan 7 universitas di Balai Pertemuan Dirgantara Lapan, Jakarta, Kamis (07/05). Para perwakilan itu antara lain, Rektor Telkom University Mochamad Azhari, Rektor Surya University Yohanes Surya, Direktur PENS Zainal Arief, Wakil Rektor Unpad Med Setiawan, Dekan Fakultas Tekni Universitas Nusa Cendana ML Gaol, Dekan Fakultas Sains dan Matematika Undip Muhammad Nur dan Kepala Bidang Hubungan Internasional UGM Rahmat Sriwijaya.
“Satelit umurnya tidak lama, hanya 5-10 tahun. Maka kita tidak boleh tergantung dengan negara lain. Industri satelit adalah industri yang terus menerus, dan perlu dikembangkan terus. Saya yakin kita bisa membangun sendiri," ujar Djamaluddin.
Ia menambahkan, UU Antariksa yang disahkan 6 Agustus 2013, menjadi kerangka pengembangan keantariksaan yang kuat. Mimpi Indonesia, dalam 25 tahun ke depan, kita telah memiliki satelit penginderaan jauh sendiri, satelit komunikasi yang diluncurkan dengan roket sendiri dan dari bandar antariksa sendiri. “Ada beberapa tempat yang telah disurvei untuk menjadi tempat bandar antariksa sendiri. Seperti di Biak dan Morotai," terang dia.
Untuk teknologi satelit, Lapan sebenarnya sudah menyiapkan 2 satelit, yakni Lapan A2 dan Lapan A3. Kedua satelit itu, Lapan A2 dan Lapan A3, akan diluncurkan dari Pusat Stasiun Luar Angkasa Sriharikota, India di tahun 2015. Komponen kedua satelit yang dibuat di Indonesia oleh orang Indonesia ini, separuhnya masih impor.
“Sebagian dari dalam negeri, dan sebagian impor, perbandingan 50:50. Industri kita masih beluim mampu membuat komponen satelit, yang tahan dengan kondisi ekstrem," ujarnya.
Kerjasama dengan 7 universitas ini, adalah dalam pengembangan 4 bidang, yakni sains antariksa dan atmosfer, pemanfaatan keantariksaan, teknologi kedirgantaraan, dan kajian kebijakan kedirgantaraan. Dalam membangun 4 kompetensi tersebut, dia ingin Lapan dan 7 universitas itu menjadi center of excellence, dengan 4 aspek besar yang dipinggirkan yakni Pengembangan kompeten, pengembangan layanan publik, memperkuat kerjasama nasional-internasional, pengembangan SDM.
Anggaran riset berasal dari swadaya universitas dan Lapan. Lapan sendiri memiliki anggaran Rp800 miliar, yang diperuntukkan operasional Rp500 miliar dan sisanya untuk riset pembuatan pesawat N219 yang bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI).
© Copyright 2024, All Rights Reserved