Pemerintah Daerah Tingkat II Tulang Bawang telah melakukan berbagai upaya proaktif untuk menyelesaikan masalah yang terjadi antara manajemen PT Dipasena Citra Darmaja (DCD) dengan petambak plasma.
“Masalah yang berlarut-larut sampai sekarang ini sangat mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat provinsi Lampung khususnya Pemda Tk II Tulang Bawang,” ungkap Santori Hasan,Bupati Tulang Bawang, dalam sebuah pertemuan dengan para wartawan di ruang kerjanya, Selasa lalu (03/09/2002).
Menurut Santori Hasan, langkah konkrit yang diambil oleh Pemda TK II Tulang Bawang selama ini adalah menjadi mediator tunggal untuk penyelesaian hubungan yang kurang haromonis antara plasma (petambak) dengan inti (manajemen Dipasena). “Juga menjadi mediator antara plasma dan pemerintah pusat, dalam hal ini berkoordinasi dengan BPPN,” ujar Santori Hasan.
Citra Indonesia di mata dunia, pada tahun 1997, sempat terangkat sebagai produsen udang terbesar kedua di dunia. Kontribusi yang tidak sedikit, bahkan boleh dibilang sangat besar, diberikan oleh tambak udang terpadu DCD.
Kontribusi nyata telah dilakukan DCD untuk mengangkat citra Indonesia dimata pelaku bisnis internasional dimulai lewat panen perdana pada tahun 1990. Tercatat devisa negara yang disumbangkan oleh Dipasena mencapai 3 juta dolar AS. Tahun 1991, mampu membukukan sebesar 10 juta dolar AS. Disusul 30 juta dolar AS pada tahun 1992. Dan puncaknya pada tahun 1995 hingga 1998 menghasilkan 167 juta dolar AS. Pada tahun berikutnya pendapatan DCD mulai berkurang , selain karena masalh eksternal juga masalah internal DCD sendiri.
Menyusul gelombang krisis moneter yang melanda kawasan Asia, eforia reformasi cenderung mendorong orang untuk mempergunakan kesempatan demi mengeruk keuntungan pribadi maupun kelompok. Ironisnya, belum ada pihak yang benar-benar sanggup menyelesaikan masalah Dipasena secara tuntas. Sehingga aset Dipasena yang demikian besarnya, seperti terbengkalai begitu saja.
Sekelompok orang, entah darimana datangnya, ingin menguasai Dipasena yang sebelumnya telah dikelola secara profesional. Praktis nasib Dipasena menjadi kian tak menentu. Sikap tidak konsisten pihak-pihak terkait yang diharapkan menjadi penengah, membuat kegiatan Dipasena yang sebelumnya berjalan normal dan terkontrol, sampai sekarang ini masih tidak terarah, malah bisa dibilang terhenti sama sekali.
Masyarakat sekitar lokasi tambak udang, terutama warga Kecamatan Rawajitu, hanya bisa berharap kondisi ini segera berakhir. Kondisi yang tidak menentui ini banyak dimanfaatkan oleh kelompok kepentingan tertentu. Akibatnya jelas, pasar Rawa Jitu menjadi pusat tengkulak untuk kembali memeras petambak yang dulu hidup sejahtera.
Melihat kondisi demkian, Santori Hasan menegaskan, Pemda akan lebih memprioritaskan penyelesaian akar masalahnya dalam pola kemitraan. Yang terpenting, di Tulang Bawang, tercipta lagi kondisi seperti sebelum terjadi banyak konflik di kawasan DCD. Karena banyak sekali manfaat yang didapat oleh masyarakat Tulang Bawang dari hidupnya aktivitas DCD. Santori berharap, manajemen baru yang dibentuk diharapkan bisa memulihkan keadaan menjadi lebih baik.
“Padahal, pada era Dipasena dulu, ada kegairahan dalam diri masyarakat Tulang Bawang untuk mencari nafkah dikawasan tambak.Bahkan semaraknya kehidupan di kawasan Dipasena pada waktu itu sangat menraik perhatian masyarakat dari luar daerah Tulang Bawang,”papar Santori.
Terjadi pula penurunan kualitas produksi udang sebagai akibat terbengkalainya aktivitas Dipasena. Dulu, udang hasil Dipasena layak untuk konsumsi ekspor, kini hanya pantas dijula untuk kalangan domestik. Lebih jauh lagi, infrastruktur yang telah tertata rapi, kini tidak dapat dioperasikan secara normal. Kualitas tambak, air, srikulasi air segar, kincir dan sarana lainnya berada dalam kondisi yang sangat buruk. Yang lebih membuat prihatin adalah cara budidaya yang sebelumnya modern, kini kembali menjadi tradisional.
“Dengan segera selesainya persoalan DCD dengan petambak plasma, geliat perekonomian nasional khususnya Kabupaten Tulang Bawang, semakin cerah dan kondisi ini tentunya akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Tulang Bawang,” harap Santori Hasan.
Tapi nasi belum sepenuhnya menjadi bubur. Masih terbuka kemungkinan untuk mencapai solusi yang tidak merugikan semua pihak. Dengan tetap berpatokan bahwa Dipasena adalah aset bangsa yang tidak boleh disia-siakan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved