Dari kronologi peristiwa yang disebarkan Ahmad Taufik, wartawan Majalah Tempo ke penjuru dunia, ada yang menarik dan itu, dari segi jurnalistik sungguh menunjukkan kualitas Majalah sebesar Tempo. Bisa jadi, juga menjadi sebuah kesedihan bagi para pendiri Tempo.
Betapa mungkin, Majalah sebesar Tempo, setelah ngecek kiri-kanan, dan menghasilkan jawaban dari sumber yang memiliki kredibilitas tinggi, bahwa Tomy Winata tidak ada kaitannya dengan proposal renovasi Pasar Tanah Abang, Tempo tetap menurunkan berita yang insinuatif.
Apalagi, Ahmad Taufik dan seluruh jajaran kompartemen di dalam Majalah Tempo tidak pernah melihat (apalagi memiliki) proposal yang menghebohkan tersebut. Hanya bermodalkan—katanya—Majalah sebesar Tempo mampu menyajikan dua halaman tulisan, yang kemudian membawa dampak heboh di seluruh penjuru negeri. Ada apa?
Berikut kutipan asli catatan yangh terpenggal itu:
-------Sejak kebakaran di Pasar Tanah Abang, yang terjadi pada Rabu 19 Februari 2003 hati saya risau, kenapa kebakaran begitu hebat? Padahal saya tahu Tanah Abang adalah sumber kehidupan banyak orang, termasuk [tetangga rumah orang tua saya dan teman-teman saya. Kakek buyut saya dari ibu sudah tinggal di Tanah Abang turun temurun], [bahkan] kabarnya, yang membangun masjid Al-Makmur, Tanah Abang adalah [kakek buyut saya] dari pihak ibu.
Dari [rapat opini] Majalah TEMPO, pada Hari Kamis, 20 Februari, diputuskan masalah kebakaran pasar Tanah Abang akan ditulis, karena kebakaran begitu besar dan memakan korban harta benda yang cukup banyak. Dalam rapat itu diputuskan masalah, pelayanan publik yang diabaikan pihak pemerintah daerah atau pengelola Pasar Tanah Abang. Padahal kebakaran besar juga baru saja terjadi di Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Nah, hasil dari rapat opini itu, dalam rapat Kompartemen Nasional (tempat saya ditempatkan mulai awal Maret), malam harinya, diputuskan saya yang akan menulis soal kebakaran Pasar Tanah Abang itu Dari hasil keputusan rapat kompartemen, turunannya [saya membuat penugasan] untuk meliput kebakaran itu. Sebagai penulis, saya juga turun langsung ke Tanah Abang, malam itu juga sampai Jum’at siang (21 Februari). Bahkan Jumat pukul 10.00, saya masih melihat asap mengepul dari blok B, Pasar Tanah Abang dan brandweer berusaha memadamkannya.
Selain melihat keadaan pasar yang porak poranda akibat kebakaran, dari seorang saksi korban kebakaran Pasar Tanah Abang, [saya mendapat informasi], bahwa pernah beredar list (daftar) untuk ditandatangani kesediaan untuk segera merenovasi pasar. Menurut sumber yang pedagang kain itu (nama sumber, usia dan tempat berjualan ada pada saya) ia pernah disodori list untuk ditandatangani itu [atas nama suatu yayasan] (ia menyebut tak memperhatikan secara serius nama yayasan itu) dan [lambang gambar banteng bulat]. Namun, tak banyak pedagang yang menandatangani daftar itu termasuk sumber tersebut. Saya juga mendatangi dan mewawancarai sejumlah korban kebakaran, yang hasilnya saya tulis dalam bentuk tulisan “Api Telah ‘Merenovasi’ Tanah Abang’’ (Tempo, 2 Maret 2003, hal 40-41) dalam tulisan itu saya juga meracik sejumlah laporan dari kawan-kawan TEMPO lainnya (Koran maupunTempo News Room).
Senin, 24 Februari, Dalam [Rapat perencanaan] TEMPO diputuskan soal kebakaran Pasar Tanah Abang akan dilanjutkan (follow-up-i) Saya kembali menurunkan hasil rapat itu dalam bentuk penugasan.
Rabu, 26 Februari siang [saya kedatangan seseorang dari negeri tetangga], seperti biasanya kami minum kopi dan makan kue di sebuah warung kopi. Dua jam lebih kami saling bertukar cerita dan kangen-kangenan. [Tiba-tiba kawan saya] dari negeri tetangga itu menceritakan [sedang mencari perancang bangunan (arsitek)] untuk di negerinya. [Saya katakan kalau dia tertarik saya punya kawan], mungkin bisa saya pertemukan. Akhirnya kami janjian, untuk bertemu arsitek tersebut di kawasan Jakarta Selatan. Malam hari [saya, dan kawan dari negeri jiran itu bertemu di rumah seorang arsitek sekaligus juga kontraktor beberapa proyek] (sekolahan, pameran produk perumahan dll).
[Secara tidak sengaja arsitek itu] (nama, alamat ada pada saya, Karena saya kenal betul dan saya akan menjaga kerahasiannya, sampai saya ke liang lahat), [mengatakan tiga bulan lalu pernah melihat] proposal proyek untuk renovasi pasar tanah abang, secara BOT, senilai Rp 53 miliar. [Dalam proposal pengaju proyek itu ada nama Tomy Winata dan Bank Artha Graha].
Semula saya cuek saja, karena toh nama Tomy Winata sering disangkutkan pada hal-hal yang berbau negatif. [Namun, saya ceritakan juga kepada atasan dan kawan-kawan se-kompartemen saya], soal ada nama Tomy Winata, yang pernah mengajukan proposal proyek renovasi Pasar Tanah Abang (dalam laporan sebelumnya Walikota Jakarta Pusat, Khosea Petra Lumbun mengakui ada rencana membangun Sentra Bisnis Primer Tanah Abang senilai Rp 50 miliar, Gubernur DKI, Sutiyoso juga mengakui memang pasar Tanah Abang dalam rencana untuk direnovasi-lihat laporan/lampiran).
Besoknya Kamis, saya kembali menurunkan penugasan tambahan, [kali ini untuk melacak, benarkah ada Tomy Winata dalam rencana proyek renovasi Pasar Tanah Abang itu?)].
Penugasan saya sebar untuk konfirmasi ke berbagai pihak termasuk Tomy Winata, sedangkan [saya kembali mengorek dari pembicaraan yang sepintas dengan arsitek yang teman saya itu]. Teman saya [meyakinkan] bahwa [dia melihat proposal itu di salah seorang staf di Pemda DKI, bahkan dia melihat angka untuk menjual kembali kios di Pasar Tanah Abang setelah direnovasi yaitu Rp 175 juta/meter, di atas harga dasar pembangunan itu Rp 145 juta/meter].
Namun [dari hasil wawancara/konfirmasi ke sejumlah pihak antara lain Tomy Winata, Walikota Jakarta Pusat. Direktur PD Pasar Jaya/Tanah Abang dan staf di DKI, membantah] soal proposal yang [diajukan Tomy Winata]. Hanya Direktur PD Pasar Jaya mengaku ada sejumlah proposal yang diajukan untuk merenovasi Pasar Tanah Abang, sebelum pasar itu terbakar.
Tetapi, setelah terbakar. Rencana pembangunan kembali Pasar Tanah Abang akan dilakukan oleh PD Pasar Jaya sendiri, dengan uang pinjaman dari bank dan Dana Investasi (lihat laporan/lampiran). Dari hasil laporan dan liputan langsung saya di lapangan, [saya meracik] menjadi tulisan “Ada Tomy di Tanah Abang?” (lihat tulisan asli saya). Tulisan itu [kemudian diedit] oleh editor yang lebih tinggi (itulah hasilnya seperti yang dimuat dalam majalah-setelah diedit juga oleh bagian bahasa TEMPO).-------dst
© Copyright 2024, All Rights Reserved