Kenaikan harga beras medium pada awal tahun ini, dikeluhkan masyarakat. Kenaikan harga beras juga dikhawatirkan mendorong terjadinya inflasi. Meski demikian, pemerintah tidak akan melakukan impor beras dalam upaya menstabilkan harga.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan, tidak akan mengimpor beras jenis medium atau umum sebab lkebutuhannya masih bisa dipenuhi dari produksi nasional. Selain itu, harganya saat ini juga masih di posisi stabil dan masih menguntungkan petani. Wacana impor beras belum mendesak.
“Memang harga beras awal tahun ini mengalami kenaikan, tapi kenaikannya kecil dan masih wajar. Ini karena ada faktor anomali cuaca. Kenaikan ini pun dinikmati petani sehingga kami juga perlu membuat petani sejahtera. Ini adalah perintah presiden agar petani dibela. Kalau petani merugi, berhenti tanam, maka kita akan impor lagi. Pasti petani akan menangis,” ujar Amran kepada politikindonesia.com di Kantor Kementan, Jakarta, Kamis (11/01).
Untuk saat ini impor beras tak perlu dilakukan. Amran menilai, masuknya beras impor akan mengakibatkan harga jual beras petani anjlok. Apalagi, secara nasional stok beras bisa mencapai sejuta ton, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama dua hingga tiga bulan mendatang.
Sedangkan pada bulan Februari akan ada panen raya, sehingga target tahun 2018 untuk penyerapan beras oleh Perum Bulog 3,7 juta ton optimis bisa dipenuhi. “Apabila target Perum Bulog terpenuhi, maka hingga tahun depan tidak ada lagi kekurangan beras,” ujar dia.
Amran menyebut, luas areal panen untuk skala nasional pada bulan Januari 2018 sekitar 1 hingga 1,2 juta hektare (ha). Jika produkvitasnya mencapai 6 ton saja, maka kita memiliki stok 6 juta ton gabah kering panen (GKP).
“Jika rendemennya 50 persen, maka punya 3 juta ton beras. Sedangkan, tingkat konsumsi beras nasional berkisar 2,6 juta ton. Asumsi kami stok yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” tegasnya.
Mentan mengatakan, Indonesia selama 2 tahun terakhir ini memang terbebas dari impor beras, meskipun pada 2017 sempat terjadi 2 kali kenaikan harga beras. Sedangkan,untuk tahun ini pemerintah belum menetapkan apakah akan melakukan impor beras atau tidak.
“Untuk tahun ini, saya yakin pemerintah akan memberikan yang terbaik untuk rakyat. Walaupun stok beras saat ini sudah cukup, apalagi sekarang sudah memasuki masa panen puncak. Karena Oktober kita sudah mulai tanam. Umur padi itu 3 bulan, berarti sampai Desember. Di Januari ini sampai April nanti kita sudah panen puncak. Kami pun optimistis bahwa target swasembada pangan bisa terpenuhi, namun semua pihak harus kerja keras,” ungkapnya.
Mentan menilai, tingginya harga beras saat ini seharusnya tak perlu dikhawatirkan oleh masyarakat. Justru yang harus diwaspadai harga beras pada bulan Juli dan Agustus. Karena pada bulan tersebut memasuki musim kering sehingga lahan pertanian menjadi rawan dan tidak ada air. Namun, di saat itu pihaknya tetap fokus supaya lahan pertanian tetap bisa berproduksi. Kendati khawatir luas tanam padi pada Juli sampai September mengalami paceklik.
“Harga beras saat ini memang naik. Hanya saja, kenaikan beras sejak Desember hingga Januari 2018 tidak sebanding dengan capaian 10 bulan, di mana harga beras berangsur normal. Karena sejak Januari, Febuari, Maret dan April panen. Ini ada 2 kali naik dalam setahun, 10 bulan normal, dan 6 bulan jatuh. Maksudnya selama panen di Febuari, Maret jumlah beras melimbah harga turun,” tandas dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved