Gempa bumi yang berpusat di 104 km barat daya Kebumen, Jawa Tengah pada Sabtu (25/01) siang tadi, merupakan dampak dari pergerakan 2 lempeng yang bertumbukan yakni, Indo Australia dan Eurasia . Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) (sebelumnya disebut 6,5 SR) diikuti 4 kali gempa susulan dengan rambatan getaran yang luas, terasa hingga Jakarta.
"Lempeng Indo Australia dan Eurasia selalu bergerak 6-10 cm per tahun. Tumbukan antar kedua lempeng itu, menyebabkan ada daerah-daerah yang akan patah karena tidak tahan. Itu yang sebenarnya terjadi. Lokasi gempa ini sumber pertemuan dari kedua lempeng tersebut," ujar Suharjono, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada pers,Sabtu (25/01).
Suharjono menjelaskan, gempa tersebut merupakan proses normal sebagai bentuk pelepasan energi dari pertemuan lempeng.
BMKG merevisi besaran skala gempa dari 6,5 SR menjadi 6,2 SR. Update per jam 12.38 WIB, informasi magnitude 6,2 SR posisi di 8.22 Lintang Selatan dan 109.22 Bujur Timur dengan kedalaman 79 km.
Goncangan gempa paling dekat adalah Kroya. Sebuah ibu kota kecamatan di Cilacap atau kurang lebih 10 km dari bibir pantai. Skala intensitas di Jogja, Purbalingga, Tasikmalaya, Bantul, Pangandaran dan Cilacap sebesar 3-4 MMI.
Suharjono menjelaskan, gempa lepas pantai selatan Kebumen itu getarannya terasa sampai ke Jawa Timur bahkan Jakarta di utara Jawa karena epicentrum gempa tidak dalam tapi juga tidak dangkal. "Ini yang menyebabkan goncangan terasa cukup jauh. Kalau terlalu dangkal atau terlalu dalam tidak terasa sampai sejauh ini," ujar dia.
Prakiraan Suharjono, kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut tidak besar. Sebab jarak gempa lebih dari 100 km dari daratan. "Gempa ini jaraknya 100 km lebih dari daratan. Kalau jarak tidak terlalu jauh, akan berakibat kerusakan. Jika jaraknya cukup jauh, maksimal goncangan 5-6 MMI," terang Suharjono.
© Copyright 2024, All Rights Reserved