Bangsa Indonesia menghadapi krisis multi dimensi yang memporakporandakan tatanan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan moral. Krisis ini juga merembet warisan yang paling bernilai yaitu negara bangsa.
Demikian dinyatakan Frans Seda, penasehat ekonomi Presiden Megawati yang menjadi pembicara kunci pembukaan Pertemuan Nasional (Pernas) III FMKI di Wisma Giri Nugraha,Palembang akhir pekan lalu, dengan tema “Meningkatkan Partisipasi Masyarakat untuk Memperkuat Negara Bangsa.”
Mantan menteri Keuangan ini mencontohkan, otonomi daerah, sering ditanggapi secara berlebihan oleh elit-elit nasional maupun lokal. Sehingga, muncul keinginan untuk memerdekakan daerah-daerah lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Elit-elit politik nasional dan lokal mempertontonkan kepada rakyat Indonesia, pratik politik kotor yang haus kekuasaan dan uang. Ini yang menjadi ancaman terhadap negara bangsa, sehingga negara bangsa menjadi rapuh dan akan hancur,” tandas Seda.
Di bagian awal ceramahnya Seda memaparkan bahwa negara Indonesia didirikan bukan untuk satu golongan saja, tetapi untuk semua. Mengutip pidato Bung Karno, Frans Seda mengatakan, “Apakah kita hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu orang, untuk suatu golongan?. Mendirikan Negara Indonesia merdeka yang namanya saja Indonesia merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk suatu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada suatu golongan bangsawan? Apakah Maksud kita begitu.”
Pertanyaan ini diajukan oleh Soekarno dalam pidatonya 1 Juni 1945 dihadapan Sidang Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan. Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Soekarno: “Sudah tentu tidak! Kita mendirikan suatu negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang, bukan buat golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi ‘semua buat semua’.”
Dijelaskan Seda, Soekarno dan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya menginginkan Negara Indonesia dibentuk berdasarkan paham Kebangsaan (Nasionalisme). Paham inilah yang mendasari penyusunan alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
“Kita tidak merdeka sendiri-sendiri, baik secara perorangan, ataupun kelompok, melainkan kita merdeka bersama-sama sebagai suatu bangsa, Bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang kita peroleh, kita bekerja dan berjuang lebih lanjut untuk kemerdekaan diri dari pelbagai macam tekanan, perbudakan, dan penjajahan bentuk lain seperti kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan,” ujar Seda.
Frans menegaskan, negara bangsa {(nation-state)} yang didirikan secara bersama-sama, harus bersifat dan berkarakter melindungi masyarakat lainnya, tanpa diskriminasi atas dasar apapun. Negara harus mampu berdiri diatas semua golongan. Semua golongan harus mendapat perhatian dari negara tanpa terkecuali.
Menghadapi problem negara bangsa yang nyaris hancur ini, tegas Seda, adalah kewajiban semua masyarakat Indonesia menyelamatkan negara bangsa.
© Copyright 2024, All Rights Reserved