Senin (28/06) kemarin, menjadi momentum penting bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dua kubu yang selama ini berseteru dan saling klaim sebagai paling berhak sebagai pengurus DPP sepakat mencari jalan damai. Dualisme yang kerap disebut PKB Kalibata dan Sukabumi sepakat untuk melakukan rekonsiliasi secara menyeluruh.
Dua kubu PKB, Kalibata dan Sukabumi, menyepakati proses rekonsiliasi untuk kembali utuh. Meski demikian, upaya tersebut merupakan proses berbeda dengan yang dilakukan Komite Islah beberapa waktu lalu.
Proses rekonsiliasi antara PKB Kalibata dan Sukabumi itu disampaikan di Kantor PB NU, Jakarta. Dua perwakilan PKB Kalibata, Ketua Dewan Tanfidz Muamir Mu"in Syam dan anggota Dewan Syura Maman Imanulhaq, hadir. PKB Sukabumi diwakili Wasekjen Helmy Faishal Zaini dan Ketua Dewan Tanfidz Imam Nahrawi.
Helmy menyatakan, proses komunikasi untuk menuju islah di dua PKB telah berlangsung panjang. Sejatinya, selama komunikasi itu, ada proses yang alamiah antara dua PKB, yang tujuannya ingin bersatu lagi. "Karena itu, kami mendeklarasikan diri dalam kebersamaan kami," ucap dia.
Ditegaskan Helmy, proses islah atau rekonsiliasi, penting bagi masa depan PKB. Dia menilai, PKB sudah cukup mendapatkan pelajaran penting atas dinamika internal yang terjadi. Keinginan untuk kembali mempersatukan kader NU juga menjadi salah satu landasan utama. “Kami sengaja mengambil kantor PB NU untuk lokasi penyampaian sebagai pengingat bahwa PKB dulu didirikan tokoh-tokoh NU.”
Helmy menjelaskan upaya rekonsiliasi yang dilakukan ini, baru merupakan langkah awal. Meski begitu dia mengaku optimis bahwa islah tersebut terus berlanjut. Meskipun ada perbedaan, katanya, tekad yang diusung PKB Kalibata dan Sukabumi sama. "Bahwa dalam politik ada perbedaan itu wajar. Ini luar biasa, meski perbedaannya tajam, tekadnya sama," jelas dia.
Sementara itu, Maman Imanulhaq memberikan penjelasan bahwa rekonsiliasi antara PKB Kalibata dan Sukabumi didasarkan pada surat tugas yang disampaikan almarhum KH Abdurrahman Wahid. Dalam surat tugas bertanggal 16 November 2009 itu, Gus Dur menugasi tiga pengurus, yakni Muamir Muin Syam, Maman Imanulhaq, dan Hermawi F. Taslim, untuk melakukan proses rekonsiliasi dengan PKB Sukabumi."Ke depan tidak ada lagi PKB Kalibata atau PKB Sukabumi, yang ada adalah PKB," ucap dia.
Dalam surat tugas yang dituliskan almarhum Gus Dur itu, ditegaskan, tidak pernah ada PKB lain. Gus Dur menyatakan, cukup PKB yang selama ini didirikan ulama yang harus dibenahi. "Kalau momen (rekonsiliasi) ini dimanfaatkan dengan baik, ini akan menjadi kebangkitan PKB," ujar Maman.
Meski begitu, lanjut dia, belum ada kepengurusan definitif yang mendukung identitas rekonsiliasi tersebut. Menurut dia, kepengurusan itu dibentuk dalam muktamar yang akan diadakan secara bersama-sama oleh dua PKB. "Waktunya belum ditentukan, tapi akan diadakan," ungkapnya.
Sementara Muamir Muin Syam menambahkan, rekonsiliasi itu bertumpu pada spirit kebangkitan dan kebangsaan. Diperkirakan, dalam waktu tiga tahun proses itu selesai. "Saya mohon kepada semua pihak untuk mendukung usaha kami. Untuk menata diri, menyatu kembali," kata Muamir.
Di luar proses rekonsiliasi yang digalang, terdapat juga Komite Islah yang digalang Sekjen PKB Lukman Edy. Komite Islah itu berniat menggabungkan lagi PKB, termasuk dengan partai sempalan seperti PKNU. Lukman saat dihubungi menyatakan bahwa proses rekonsiliasi itu tidak berhubungan langsung dengan Komite Islah. Meski begitu, Komite Islah mendukung jika mulai tumbuh kesadaran di beberapa tingkat. "Itu tetap bagian kecil dari agenda besar yang kami rencanakan," ungkapnya.
Meski tidak ada koordinasi, Lukman tidak menganggap rekonsiliasi itu sebagai pesaing. Bagi dia, Komite Islah terbuka dan mengundang semua pihak untuk mendeklarasikan diri bersama. "Semua upaya islah itu didukung, itu logika kami," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved