Gempa 6,4 skala richter yang diikuti puluhan gempa susulan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu (29/07) pagi, adalah jenis gempa bumi dangkal. Gempa ini disebabkan oleh aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Demikian dijelaskan Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, melalui siaran pers dari BMKG, Minggu. Gempa bumi tersebut dipicu deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Guncangan gempa dilaporkan dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI), Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI). Sementara di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI), Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI. “Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," terang Dwikorita.
Dwikorita juga meminta masyarakat untuk waspada terhadap ancaman gempa susulan yang masih terjadi, meskipun dengan intensitas dan magnitude yang lebih kecil.
“Hingga pukul 11.00 WIB, telah terjadi 85 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik," ujar Dwikorita.
Kepala BMKG juga meminta masyarakat untuk tidak mudah mempercayai berita hoax yang menyebar pasca gempa. Hingga saat ini, BMKG terus memantau dan melaporkan secara berkala perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.
“Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoax, BMKG melalui akun Twitter @InfoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gempa," tuturnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved