Dampak inflasi lanjutan dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus diwaspadai agar tidak menyebabkan laju inflasi lebih tinggi hingga akhir tahun. Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi pada bulan Desember bisa mencapai 2,0 persen hingga 2,2 persen melalui berbagai upaya pengendalian.
"Oleh karena itu yang paling kita jaga adalah yang terkait dengan (tarif) transportasi dan (harga) pangan karena dua hal itu yang secara historis selalu memberikan tekanan pada inflasi," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo kepada pers di Jakarta, Senin (01/12).
Agus menjelaskan laju inflasi pada November 2014 yang tercatat 1,5 persen, lebih rendah dari hasil survei Bank Indonesia minggu keempat yang memperkirakan inflasi 1,6 persen, karena upaya menjaga ekspektasi inflasi telah dilakukan sebelum kenaikan harga BBM.
Agus memprediksi berbagai upaya pengendalian harga bahan pangan dan tarif transportasi angkutan umum yang terdampak kenaikan harga BBM dapat menjaga inflasi pada kisaran angka 2,0 persen-2,2 persen.
Dengan demikian, Agus menambahkan, laju inflasi pada akhir tahun 2014 diprediksi mencapai angka 7,9 persen secara tahunan, atau masih sesuai dengan angka perkiraan BI yaitu 7,7 persen-8,1 persen.
"Desember nanti year on year 7,9 persen, kita mesti yakin bisa dikendalikan 7,7 persen-8,1 persen pada akhir tahun, dan mengarah ke 7,7 persen, bukan 8,1 persen. Karena, dengan inflasi November 1,5 persen dan year on year 6,2 persen (saat ini), kita perlu hati-hati," katanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved